Oksimoron
Oksimoron (okys = tajam, moros = gila, tolol) adalah suatu gaya bahasa yang dimaksudkan untuk menggabungkan kata-kata agar bisa mencapai efek yang bertentangan. Dapat juga dikatakan, oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama. Oleh karena itu, sifatnya lebih padat dan tajam daripada paradoks. Dalam khazanah sastra Arab gaya ini bisa dipadankan dengan ath-thibaq dan al-muqobalah. Dalam kisah Ibrahim, banyak sekali dijumpai gaya seperti ini. Misalnya, QS. al-Baqarah [2]: 258 berikut ini:
اِذْ قَالَ اِبْرَاهِيْمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ, قَالَ اَنَاْ اُحْيِ وَاُمِيْتُ, قَالَ اِبْرَاهِيْمُ فَاِنَّ الله يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ
Ketika Ibrahim mengatakan, “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan”, Orang itu berkata, “saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur maka terbitlah dia dari barat”.
Dalam ayat ini, dipertentangkan antara yuhyi dan yumit (Dia menghidupkan dan Dia mematikan), uhyi dan umit (saya menghidupkan dan saya mematikan), serta kata al-masyriq dan al-maghrib(timur dan barat). Lebih lanjut, gaya ini pun digunakan dalam QS. al-An’am [6]: 77 berikut ini:
قَالَ لَئِنْ لَّمْ يَهْدِنِيْ رَبِّيْ لَاَكُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضآلِّيْنَ
Ibrahim berkata, “sesungguhnya, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,pastilah aku termasuk orang yang sesat.”
Dalam ayat ini, dipertentangkan antara kata petunjuk (yahdi) dan sesat (adh-dhallin). Gaya ini pun digunakan dalam QS. Ibrahim [14]: 38 berikut:
ربَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِيْ وَمَا نُعْلِنْ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami perlihatkan.
Dalam ayat ini, dipertentangkan antara kami sembunyikan (nukhfi) dan kami perlihatkan (nu’lin). Penggunaan gaya seperti ini, memiliki beberapa kelebihan. Di satu sisi, pemakaian gaya ini menunjukan bahwa penutur memiliki keterampilan khusus untuk menghadapkan dua kata secara semantik berlawanan. Di sisi lainm hal ini mendorong pembaca atau pendengar untuk memikirkan makna kedua rs yang berlawanan tersebut sehingga gaya ini dapat mendekatkannya kepada pemahaman. Selain itu, gaya seperti ini sangat membantu para penghafal (hafizh) untuk menghafalkan teks.
Sumber :
- Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an (Makna di Balik Kisah Ibrahim), LkiS Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 132.
- Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an (Makna di Balik Kisah Ibrahim), LkiS Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 133.
Post a Comment for "Oksimoron"