Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

Latar Belakang Penulisan al-Manar

Ketika Islam berada pada era kegelapan (abad 19), permasalahan tafsir pun keluar dari rel yang sebenarnya yaitu terjadi disorientasi dalam penafsiran al-Qur‟an.Penafsiran al-Qur‟an yang sebenarnya fleksibel dan dialogis telah direduksi menjadi penafsiran yang monologis yaitu tafsir
yang berkisar sekitar pengulangan terhadap karya-karya mufassir terdahulu yang belum tentu kondusif untuk masa sekarang artinya tafsir al-Qur’an tidak membumi.

Muḥammad Rasyid Riḍhā murid Muḥammad Abduh yang mencatat dan menuangkan kuliah-kuliah gurunya ke dalam majalah Al-Manar. Hal itu sebagai langkah pertama. Langkah selanjutnya ia menghimpun dan menambah penjelasan seperlunya dalam sebuah kitab tafsir yang diberi nama Tafsir al-Manar, kitab tafsir yang mengandung pembaharuan dan sesuai dengan perkembangan zaman. Ia berusaha menghubungkan ajaran-ajaran al-Qur‟an dengan kehidupan masyarakat, di samping membuktikan bahwa Islam adalah agama yang memiliki sifat universal, umum, abadi dan cocok bagi segala keadaan, waktu dan tempat.

Kitab Tafsir al-Manar yang bernama tafsir Al-Qur’an Al-Ḥakīm karya Muḥammad Abduh dan Muḥammad Rasyid Riḍā ditulis pada saat perkembangan pemikiran Islam memasuki era modern. Di era ini umat īslam bangkit untuk melakukan reformasi, modernisasi dan purifikasi ajaran agama Islam setelah selama tujuh abad mengalami kemunduran. Al-Manar terbit pertama kalinya pada tanggal 22 Syawal 1315 H atau 17 Maret 1898 M, yang dilatarbelakangi oleh keinginan Rasyid Riḍha untuk menerbitkan sebuah surat kabar yang mengolah masalah-masalah sosial-budaya dan agama, sebulan setelah pertemuannya yang ketiga dengan Muḥammad Abduh. Awalnya berupa mingguan sebanyak delapan halaman dan ternyata mendapat sambutan hangat, bukan hanya di Mesir atau Negara-negara Arab sekitarnya, juga sampai ke Eropa dan Indonesia.

Tafsir al-Manar tidak ditulis sampai rampung oleh Rasyid Riḍha, karena ia meninggal. Penafsiran dari mulai surat al-Fatihah sampai surat al-Nisaayat 125, (413 ayat) di ambil dari pemikiran Abduh, kemudian dilanjutkan oleh Rashīd Riḍā sebanyak 930 ayat mulai dari surat al-Nisaayat 126 sampai surat yūsuf ayat 111 dengan berpatokan pada metode Abduh. Kemudian dirampungkan oleh Muḥammad Bahjah al-Bayṭār, surat Yusuf sampai al-Nas.


Sumber :
  1. Ahmad Asy-Syirbashi, Sejarah Tafsir al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firsaus, 1985), hlm. 161, diakses dari https://ilmu-ushuluddin.blogspot.com/2016/12/metodologi-penulisan-tafsir-al-manar.html
  2. Muhammad Bahjah bin Bahā‟u al-Dīn Al Bayṭār „Alāmah, lahir tahun 1311 H di Damaskus dalam keluarga yang mulia dan berilmu, berasal dari Aljazair. Pernah belajar di beberapa sekolah. Belajar bahasa Arab di Fakultas Adab di Universitas Suriah. Pernah menjadi anggota organisasi bahasa Arab Damaskus dan Baghdad. Beliau memiliki beberapa karya intelektual. Wafat tahun 1396 H (lihat Itmām Al A‟lām, hlm. 224)

Post a Comment for "Latar Belakang Penulisan al-Manar"