Latar Belakang Munculnya Hadits Maudhu'
Berdasarkan data sejarah, pemalsuan hadits bukan hanya dilakukan oleh orang-orang islam, akan tetapi juga dilakukan oleh orang non-Islam. Ada beberapa motif sebab yang mendorong mereka membuat hadits palsu.
1. Pertentangan politik.
Perpecahan umat islam yang diakibatkan politik yang terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, mendorong masing-masing golongan untuk saling mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang. Pada akhirnya masing-masing golongan mencari dalilnya ke dalam Al-Qur’an dan Hadits, dan jika tidak menemukan, mereka mulai membuat pernyataan-pernyataan yang disandarkan kepada Nabi SAW. Dari sinilah mulai berkembang hadits palsu. Materi hadits yang pertama memngangkat keunggulan seseorang dan kelompoknya. Ibnu al-Mubarak mengatakan :
اَلدِّيْنُ لِأَهْلِ الْحَدِيْثِ وَالْكَلَامُ وَالْحِيَلُ لِأَهْلِ الرَّأْيِ وَالْكَذِبُ لِلرَّفِضَةُ
“Agama adalah milik ahli hadits, kalam dan hiyal adalah milik ahli al-ra’y, dan kedustaan adalah milik kaum rafidhah”.
Hammad bin Salamah pernah meriwayatkan bahwa ada salah seorang tokoh Rafidah berkata, “sekiranya kami pandang baik baik, segera kami jadikan hadits”.
Contoh hadits palsu yang dibuat oleh kaum Syi’ah antara lain :
يَا عَلِيُّ إِنَّ اللهَ غَفَرَ لَكَ وَلَذُرِّيَتِكَ وَلِوَالِدَيْكَ وَلِاَهْلِكَ وَلِشِيْعَتِكَ وَلِمُحِبِّيْ شِيْعَتِكَ
“Wahai ‘Ali sesungguhnya Alloh SWT telah mengampunimu, keturunanmu, kedua orang tuamu, keluargamu, (golongan) syi’ahmu, dan orang yang mencintai (golongan) syi’ahmu”.
Golongan Mu’awiyah juga membuat hadits palsu, sebagai contoh dapat dikemukakan :
أَلْأُمَنَاءُ ثَلَاثَةٌ : أَنَا وَجِبْرِيْلُ وَمُعَاوِيَةُ أَنْتَ مِنِّى يَا مُعَاوِيَةُ وَأَنَا مِنْكَ
“tiga golongan yang dapat dipercaya, yaitu saya (Rasul), Jibril, dan Mu’awiyah. Kamu termasuk golonganku dan Aku bagian dari kamu”.
2. Usaha Kaum Zindiq
Kaum Zindiq adalah golongan yang membenci islam baik sebagai agama maupun sebagai pemerintahan. Maka cara yang palin tepat adalah dengan membuat hadits palsu denga tujuan untuk menghancurkan agama islam. ‘Abd al-Karim ibn ‘Auja’ yang dihukum mati oleh Muhammad bin Sulaiman bin ‘Ali, wali di basrah, ketika hukuman akan dilaksanakan dia mengatakan “Demi Allah, saya telah membuat hadits palsu sebanyak 4.000 hadist”. Seorang zindiq mengaku dihadapan khalifah al-Mahdi bahwa dirinya telah membuat ratusan hadits palsu. Hammad bin Zaid mengatakan “hadits yang dibuat kaum Zindiq ini berjumlah 12.000 hadits. Contoh dari haditsnya, adalah :
أَلنَّظْرُ إِلَى الْوَجْهِ الْجَمِيْلِ عِبَادَةٌ
“melihat wajah cantik termasuk shadaqah”.
3. Fanatik Terhadap Bangsa, Suku, Negeri, Bahasa, Dan Pimpinan
Mereka membuat hadits palsu karen didorong oleh sikap ego dan fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok atau yang lainnya. Golongan al-Syu’ubiyah yang fanatik terhadap bahasa Persi mengatakan :
إِنَّ اللهَ إِذَا غَضِبَ أَنْزَلَ الْوَحْيَى بِالْعَرَبِيَّةِ وَإِذَا رَضِيَ أَنْزَلَ الْوَحْيَى بِالْفَرِسِيَّةِ
“Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu dengan bahasa Arab, dan apabila senang maka akan menurunkannya dengan bahasa Persi”.
Dan sebaliknya para orang arab yang juga fanatik terhadap bahasanya, membalikkan hadits diatas.
Golongan yang fanatik terhadap madzhab hanafi juga pernah membuat hadits palsu:
.سَيَكُوْنُ رَجُلٌ فِيْ أُمَّتِيْ يُقَالُ اَبُوْ حَنِيْفَةَ النُّعْمَانَ هُوَ سِرَاجٌ أُمَّتِيْ
“akan ada seorang laki-laki dari umatku yang bernama Abu Hanifah An-Nu’man. Ia ibarat obor bagi umatku”
سَيَكُوْنُ رَجُلٌ فِيْ أُمَّتِيْ يُقَالُ مُحَمَّدُ بْنُ إِدْرِيْسَ هُوَ أَضَرُّ عَلَى أُمَّتِيْ مِنْ إِبْلِيْسَ
“akan ada seorang laki-laki dari umatku yang bernama Muhammad bin Idris. Ia akan lebih menimbulkan mudharat kepada umatku daripada iblis”.
4. Membuat Cerita Dan Nasihat
Mereka melakukan pemalsuan hadits ini guna memeroleh simpatik dari pendengarnya dan agar mereka kegum melihat kemampuannya. Sebagai contoh, adalah hadits sebagai berikut :
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ خَلَقَ اللهُ مِنْ كُلِّ كَلِمَةٍ طَيْرًا مِنْقَارُهُ مِنْ ذَهَبٍ وَرِيْشَتُهُ مِنْ مَرْجَانٍ
“barang siapa yang mengucapkan kalimat Allah akan menciptakan seekor burung (sebagai balasan tiap-tiap kalimat) yang paruhnya terdiri dari emas dan bulunya dari marjan”.
5. Perselisihan Madzhab Dan Ilmu Kalam
Munculnya hadits-hadits palsu dalam masalah fiqih dan ilmu kalam, berasal dari para pengikut madzhab. Di antara hadits-hadits palsu tentang masalah ini adalah :
- Siapa yang mengangkat tangannya dalam shalat, maka shalatnya tidak sah.
- Jibril menjadi imamku dalam shalat di Ka’bah, ia (jibril) membacakan basmalah dengan nyaring
- Yang junub wajib berkumur dan menghisap air tiga kali.
- Semua yang ada dibumi dan langit serta di antara keduanya adalah makhluk, kecuali Allah dan al-Qur’an.
6. Membangkikan Gairah Beribadat, Tanpa Mengerti Apa Yang Dilakukan.
Banyak di antara ulama yang membuat hadits palsu dengan tujuan pendekatan diri kepada Allah dan bahkan mereka mengira usaha mereka itu benar. Nuh bin Abi Maryam telah membuat hadits berkenaan dengan fadhilah membaca surat-surat tertentu dalam Al-Qur’an. Ghulam al-Khail membuat hadits tentang keutamaan wirid dengan maksud memperhalus kalbu manusia.
7. Menjilat Penguasa
Diantara contohnya adalah yang dikemukakan oleh Ghiyats bin Ibrahim ketika berhadapan dengan khalifah Al-Mahdi (775-785 M), salah seorang khalifah bani Abbasiyah. Karena mengetahui sang khalifah gemar mengadu merpati Ghiyats menyampaikan hadits Nabi SAW dengan menambahi kata yang berhubungan dengan kegemaran khalifah :
عَنْ أِبِيْ هُرَيْرِةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص.م قَالَ : لَا سَبَقَ إِلَّا فِيْ خَفٍ أَوْ حَافِرٍ أَوْ نَصَلٍ أَوْ جَنَاحٍ
“tidak ada perlombaan kecuali permainan panah, anggar, pacuan kuda, atau menerbangkan burung”.
Ghiyats menambahi kata أَوْ جَنَاحٍ di akhir hadits tersebut, dengan maksud agar diberi hadiah. Setelah mendengar hadits tersebut, al-Mahdi memberikan hadiah 10 ribu dirham, namun ketika Ghiyats membalik akan pergi, al-Mahdi menegurnya dengan berkata “aku yakin itu sebenarnya merupakan dusta atas nama Rasululloh SAW”. Dan saat itu juga merpati milik Ghiyats disembelih.
Sumber :
- Musthafa al-Siba’i, hlm. 79, 86-87, dan 215
Post a Comment for "Latar Belakang Munculnya Hadits Maudhu'"