Erotesis
Erotesis atau pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang digunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Dalam bahasa Arab erotesis dikenal dengan istilah al-istifham li ghair m’nahual-ashliy (pertanyaan yang tidak sesuai dengan fungsinya semula). Pada kisah Ibrahim, gaya bahasa ini muncul, antara lain pada ayat-ayat berikut:
وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ اِبْرَاهِيْمَ
“dan siapa yang benci kepada agama Ibrahim?” (QS. al-Baqarah [2]: 130).
قُلْ ءَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ الله
katakanlah, “apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah.” (QS. al-Baqarah [2]: 140).
Gaya ini dipakai sebagai deviasi dari ayat-ayat sebelumnya yang menggunakan kalimat affirmative (khabari). Pada ayat-ayat sebelum QS. al-Baqarah [2]: 130 diungkapkan berita tentang ujian terhadap Ibrahim dan Ismail yang membangun Ka’bah. Semuanya dalam kalimat affirmative. Kemudian ayat dilanjutkan dengan gaya do’a dan diakhiri dengan pertanyaan: “siapa yang benci kepada agama Ibrahim?” Sebelum itu, dikisahkan terlebih dahulu data-data tentang ketabahan nabi Ibrahim dalam menerima ujian dan keteladanan dalam melaksanakan perintah Allah dan setelah itu ditampilkan do’anya. Uraian diakhiri dengan gaya pertanyaan. Dengan gaya ini, secara sadar ataupun tidak, para pembaca atau pendengar diiring untuk mengatakan bahwa tidak seorang pun yang tidak senang terhadap millah Ibrahim.
Demikian pula halnya dengan QS. al-Baqarah [2]: 140. Ayat ini dimulai dengan pemberitaan ketundukan Ibrahim terhadap Tuhan semesta alam, wasiat Ibrahim kepada keturunannya dan juga kematian Ya’qub. Kemudian, uraian dilanjutkan dengan ajakan dari sekelompok orang untuk menjadi Yahudi atau Nasrani. Lalu dilanjutkan dengan bantahan terhadap ajakan itu. Seakan-akan ada anggapan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan Asbat itu Yahudi atau Nasrani. Statemen-statemen tersebut dibantah dengan nada tinggi dengan menggunakan gaya pertanyaan apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah? Gaya seperti ini mengandung arti yang sinis sehingga gaya ini bisa juga dikelompokkan pada sinisme.
Efek lain dari penggunaan gaya erotesis khusus dalam konteks diatas adalah adanya variasi gaya, tidak monoton, dan tidak terus-menerus datar, tetapi sekali-kali ada hentakan-hentakan sehingga tidak membosankan. Inilah sebagian ciri khas gaya al-Qur’an.
Sumber :
- Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur’an (Makna di Balik Kisah Ibrahim), LkiS Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 128.
Post a Comment for "Erotesis"