MAKALAH HERMENEUTIKA AL-QUR’AN PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SEJARAH HERMENEUTIKA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Alloh SWT kami haturkan. Atas berkat rahmat dan hidayahnya, kami mampu menyelesaikan tugas individu dalam perkuliahan semester 6 (enam) ini. sholawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Agung Muhammad Saw yang telah membawa revolusi pendidikan, dari jahiliyah kepada islam rahmatan lil ‘alamin.
Keilmuan al-Qur’an yang didasarkan atas teks suci agama islam, dipadukan dengan keilmuan hermeneutika yang pada mulanya memang digunakan untuk mengkaji teks suci agama kristen. Pada makalah ini akan dipaparkan pembahasan mengenai pengertian, dan ruang lingkup serta sejarah hermeneutika.
Kami mengucapkan banyak terimakasih, kepada Beliau bapak Muzayyin, M.Hum. atas bimbingan beliau, kami dapat menyelesaikan makalah ini. dan kepada teman-teman yang juga telah membantu kami. Kami berharap dengan adanya makalah ini, mampu membantu generasi mendatang, serta menambah khazanah keilmuan islam.
Di akhir kata pengantar ini, kami sangat mengharap kritik dan saran kalian, demi perbaikan kami, agar lebih baik di masa mendatang.
Sekian.
Penulis
Kata Pengantar 2
DAFTAR ISI. 3
BAB I PENDAHULUAN.. 4
A. Latar Belakang. 4
B. Rumusan Masalah. 4
C. Tujuan Makalah. 5
BAB II PEMBAHASAN.. 6
A. Pengertian Hermeneutika. 6
B. Ruang Lingkup Hermeneutika. 8
C. Sejarah Hermeneutika. 9
1. Hermeneutika Klasik. 11
2. Hermeneutika Romansis. 12
3. Hermeneutika Filososfis. 12
BAB III PENUTUP. 13
A. Kesimpulan. 13
B. Kritik dan Saran. 13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, yang akan tetap terjaga hingga hari kiamat. Sebagai teks suci yang digunakan sebagai dasar penentuan hukum islam (syariat), diperlukan bantuan untuk memahami teks al-Qur’an tersebut.
Pada awal masa al-Qur’an diturunkan, umat Islam meminta bantuan kepada Baginda Nabi Agung Muhammad Saw untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an. Namun, dengan wafatnya Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, umat islam kehilangan tempat meminta penjelasan ayat-ayat al-Qur’an.
Pada masa awal, setelah wafatnya Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, umat islam merujuk kepada para sahabat yang dekat dengan Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, untuk meminta penjelasan mengenai suatu ayat al-Qur’an. Seiring dengan evolusi dunia yang membuat semakin terbuka, hubungan antara dunia islam dengan dunia barat. Beberapa tokoh islam, mulai mengambil suatu keilmuan barat untuk mengkaji al-Qur’an, yaitu hermeneutika.
Penggunaan Hermeneutika dalam usaha memahami teks al-Qur’an, menimbulkan pro dan kontra dikalangan ulama. Dikarenakan, bahwa hermeneutika di dunia barat digunakan untuk memverifikasi apakah teks bibel itu, otentik atau tidak.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka kami mengambil beberapa rumusan masalah, yaitu :
a. Apakah pengertian dari hermeneutika ?
b. Apa sajakah ruang lingkup hermeneutika ?
c. Bagaimanakah sejarah hermeneutika ?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah kami ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui pengertian dari hermeneutika.
b. Untuk mengetahui ruang lingkup hermeneutika.
c. Untuk mengetahui sejarah dari hermeneutika.
Secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal dari kata kerja hermeneuein, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, yang berarti “intepretasi”.[1] Dalam mitologi yunani, sering dikaitkan dengan tokoh yang bernama Hermes, seorang utusan yang bertugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia. Tugas menyampaikan pesan inilah yang mengalih bahasakan dari bahasa dewa ke bahasa manusia.[2]
Sedangkan secara terminologi, ada beberapa definisi dari para ahli :
1. Friedrich Schleiermacher[3]
Hermeneutika adalah seni memahami secara benar bahasa orang lain, khususnya bahasa tulis.
2. Franz-Peter Burkand[4]
Hermeneutika adalah seni menafsirkan, dan dalam arti yang lebih luas hermeneutika adalah refleksi teoritis tentang metode-metode dan syarat-syarat pemahaman.
3. Nurcholis Majid[5]
Hermeneutika adalah pemahaman atau pemberian pengertian atas fakta-fakta tekstual dari sumber-sumber suci (kitab suci atau sesuatu yang “murni”) sedemikian rupa, sehingga yang diperlihatkan bukanlah hanya makna lahiriah dari kata-kata teks suci itu, tetapi lebih-lebih “makna dalam” yang dikandung.
4. Zygmun Bauman[6]
Hermeneutika adalah sebuah upaya menjelaskan dan menelusiri pesan dan pengertian dasar dari sebuah atau tulisan yang tidak jelas, kabur, remang-remang, dan kontradiktif yang menimbulkan kebingungan bagi yang mendengar atau pembaca.
5. Menurut Komaruddin Hidayat[7]
Kata Hermeneutika pada mulanya merujuk pada nama dewa Yunani Kuno, Hermes yang tugasnya menyampaikan berita dari Sang Maha Dewa yang dialamatkan kepada manusia.
Husein Nashr berpendapat bahwa Hermes tak lain adalah nabi Idris As. Yang disebutkan dalam al-Qur’an. Dalam legenda yang beredar di kalangan pesantren pekerjaan Nabi Idris As adalah sebagai tukang tenun. Jika profesi tukang tenun dikaitkan dengan mitos Yunani tentang peran Dewa Hermes, ternyata ada korelasi 3 positif. Kata kerja “memintal” padanannya dalam bahasa latin adalah tegere, sedangkan produknya disebut textus atau text yang merupakan isu sentral dalam hermeneutika.
Meskipun, terdapat banyak perbedaan namun, para ahli sepakat bahwa definisi hermeneutika[8] :
1. Dalam arti sempit, hermeneutika membahas metode-metode yang tepat untuk memahami dan menafsirkan hal-hal yang perlu ditafsirkan.
2. Dalam arti luas, hermeneutika adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas hakekat, metode, dan syarat penafsiran.
Dari semua definisi yang ada, dapat diambil kata kunci bahwa hermeneutika merupakan proses mengubah dari ketidaktahuan menjadi mengerti. Mengubah dari sesuatu yang abstrak menjadi suatu ungkapan yang jelas dalam bahasa yang dapat dipahami manusia, atau cara menafsirkan teks untuk mengungkap makna yang tidak tampak secara literal dalam teks tersebut.
Ruang lingkup merupakan wilayah kajian. Maka akan memunculkan sebuah pertanyaan “apakah yang dibahas (wilayah kajian) hermeneutika?”, sebagian ada yang menjawabnya dengan sederhana bahwa hermeneutika berusaha menjawab pertanyaan, “apa yang akan dibuat oleh sebuah makna kepada yang memiliki makna?”.[9]
Bisa jadi sesuatu itu berupa bait syair atau teks undang-undang, perbuatan manusia bahasa, kultur asing atau personal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup hermeneutika adalah segala sesuatu yang memiliki makna tersembunyi didalamnya.
Ada tiga pendapat mengenai hermeneutika[10] :
1. Hermeneutika khusus (regional hermeneutics) yaitu hermeneutika sebagai cabang dari disiplin ilmu. Setiap medan ilmu mempunyai hermeneutikanya masing-masing dan digunakan untuk medannya yang khusus sesuai bidang ilmunya.
2. Hermeneutika umum (general hermeneutics) yaitu hermeneutika yang tidak terkait dengan cabang ilmu-ilmu tertentu. Hermeneutika ini menggabungkan semua cabang ilmu untuk memahami. Pelopornya adalah Freidrich Schleirmacher (1768-1834 M). Hermeneutika ini tersusun dari kaidah-kaidah dan dasar-dasar umum yang berisi berbagai macam ilmu pengetahuan yang mengontrol proses pemahaman secara benar.
3. Hermeneutika filsafat (hermeneutical philosophy). Obyeknya bukan teks yang dipahami, tetapi pemahaman itu sendiri yang ditempuh dengan perenungan filosofis. Hermeneutika ini tidak mengenal kaidah-kaidah untuk mencapai kebenaran pemahaman, melainkan tidak mengenal kebenaran melalui metode ilmiah.
Untuk mengetahui makna hermeneutika secara komprehensif, diperlukan pelacakan sejarah perjalanan hermeneutika dari hermeneutika klasik sampai hermeneutika modern.
Harus diakui bahwa hermeneutika lahir dari tradisi barat. Hermeneutika yang lahir di tanah Yunani dan secara praktis digunakan untuk sistem pendidikan mengalami perkembangan cukup signifikan. Istilah hermeneutika pertama kali ditemui dalam karya Plato (429-347 SM).[11] Dalam Definitione, Plato dengan jelas menyatakan hermeneutika artinya “menunjukkan sesuatu” dan dalam Timeus, Plato mengaitkan hermeneutika dengan otoritas kebenaran. Stoicisme (300 SM) kemudian mengembangkan hermeneutika sebagai ilmu interpretasi alegoris. Makna hermeneutika bergeser menjadi bagaimana memahami realitas yang terkandung dalam teks kuno seperti Bibel dan bagaimana memahami realitas tersebut untuk diterjemahkan dalam kehidupan sekarang. Dalam hal ini, fungsi hermeneutika berubah dari alat interpretasi Bibel menjadi metode pemahaman teks secara umum. Pencetus gagasan ini adalah seorang pakar filologi Friederich Ast (1778-1841).[12]
Pergeseran fundamental lain yang perlu dicatat dalam perkembangan hermeneutika adalah ketika hermeneutika sebagai metodologi pemahaman berubah menjadi filsafat. Perubahan ini dipengaruhi oleh corak berpikir masyarakat modern yang berpangkal pada semangat rasionalisasi, dimana akal menjadi patokan bagi kebenaran yang berakibat pada penolakan hal-hal yang tak dapat dijangkau oleh akal atau metafisika. Babak baru ini dimulai oleh Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher (1768-1834) yang dianggap sebagai bapak hermeneutika modern dan pendiri Protestan Liberal. Salah satu idenya dalam hermeneutika adalah universal hermeneutic. Dalam gagasannya, teks agama sepatutnya diperlakukan sebagaimana teks-teks lain yang dikarang manusia. Pemikiran Schleiermacher dikembangkan lebih lanjut oleh Wilhelm Dilthey (1833-1911), seorang filosof yang juga pakar ilmu-ilmu sosial. Setelahnya, kajian hermeneutika berbelok dari perkara metode menjadi ontologi di tangan Martin Heidegger (1889-1976) yang kemudian diteruskan oleh Hans Georg Gadamer (1900-1998) dan Jurgen Habermas.[13]
Jadi, Hermeneutik digunakan sebagai alat untuk memahami sebuah teks suci pada awal abad 17 dan 18 M. Ketika pemikiran tentang wacana bahasa, filsafat, dan keilmuan lainnya berkembang pesat, hermeneutik mulai dilirik masyarakat Eropa untuk memamahi kitab suci injil. Hal ini bertujuan agar mereka bisa menafsirkan kehendak Tuhan kepada manusia yang telah termanifestakan dalam sebuah teks bernama Injil.
Hermeneutika sebagai proses penafsiran sudah berlangsung sejak dahulu, namun hermeneutika sebagai istilah baru dikenal di seputar abad ketujuh belas. Kajian hermeneutika sejak abad 19 (atau akhir abad 18) telah menemukan bentuknya yang baru dari wajah hermeneutika sebelumnya. Secara periodik hermeneutik dapat dibedakan dalam tiga fase[14] :
1. Hermeneutika Klasik
Hermeneutika klasik yaitu lebih bercorak pada bentuk interpretasi teks dan ‘art of interpretation”. Dan istilah ini muncul pertama kali pada abad ke XVII. Tetapi hermeneutika dalam arti sebagai aktivitas penafsiran telah lahir jauh sebelumnya, usianya setua dengan eksegesis teks.
Hermeneutika dalam pandangan klasik mengingatkan pada tulisan Aristatoles dalam Peri Hermeneias Atau De Interpretation. Yaitu : bahwa kata-kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita, dan kata-kata yang kita tulis adalah simbol dari kata-kata yang kita ucapkan itu. Sebagaimana seseorang tidak mempunyai kesamaan bahasa tulisan dengan orang lain, maka demikian pula ia tidak mempunyai kesamaan bahasa ucapan dengan yang lain, maka demikian pula ia tidak mempunyai kesamaan bahasa ucapan dengan yang lain. Akan tetapi, pengalaman-pengalaman mentalnya yang disimbolkannya secara langsung itu adalah sama untuk semua orang. Sebagaimana juga pengalaman-pengalaman imajinasi kita untuk menggambarkan sesuatu.
Pembakuan hermeneutika sebagai sebuah perangkat pemahaman tidak bisa dilepaskan dari perkembangan pemikiran tentang bahasa dalam tradisi Yunani. Bahasa dan hermeneutika adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa penting bagi hermeneutika karena lahan dari hermeneutika adalah bahasa. Demikian juga, hermeneutika penting bagi bahasa karena hermeneutika menjadi metode untuk memahami bahasa. Keterkaitan ini menjadikan hermeneutika sebagai metode untuk mengeluarkan makna kebahasaan sebuah teks. Metode pemahaman teks inilah yang mula-mula menjadi tugas hermeneutika.
2. Hermeneutika Romansis
Hermneutika ini bermula dari Faderic Schaleirmacher (1768-1834) yang menekankan dan meletakkan metode guna menghindari kesalahpahaman. Tokoh ini berpengaruh sangat besar terhadap pemikir-pemikir hermeneutika sesudahnya, baik yang setuju maupun yang tidak setuju dengan alirannya. Dia juga dinilai telah mengalihkan hermeneutika dari penafsiran teks keagamaan secara khusus ke aneka teks yang lainnya.
Hermeneutika pertengahan ini dimulai pada, dianggap berasal dari penafsiran terhadap bible yang menggunakan empat level pemaknaan baik secara literal, allegoris, tropological (moral), and eskatologis. Tetapi pada masa protestan, empat pemaknaan itu kemudian disempitkan pada eksegegis literal atau grammatical dan eksegegis studi tentang yahudi dan yunani.
3. Hermeneutika Filososfis
Hermenneutika filososfis sendiri disini banyak mengedepankan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat pemahaman dan kondisi penemuannya tanpa membahas metode tentang makna pemahaman.
1. Bahwa hermeneutika adalah sebuah seni atau teknik menafsirkan suatu hal, atau cara untuk mengetahui maksud tersembunyi dari suatu hal.
2. Bahwa ruang lingkup hermeneutika, adalah segala hal yang perlu di tafsirkan, atau sesuatu yang menyimpan makna dan perlu diketahui.
3. Bahwa secara priodik, hermeneutika dibagi menjadi 3 fase, yaitu : Kalsik, Romansis, dan Filosofis.
Demikian pemaparan materi mengenai “Pengertian, Ruang Lingkup dan Sejarah Hermeneutika”. Kritik dan saran yang membangun menjadi harapan, supaya mampu memperbaiki karya di masa mendatang.
Himawan, S. (2013, Juli 10). hermeneutika al qur'an. Dipetik Maret 15, 2019, dari ALHAWAHIRY: http://aljawahiry.blogspot.com/2013/07/hermeneutika-al-quran.html?m=1
Nurbayan, Y. Penggunaan Hermeneutika dalam Penafsiran al-Qur’an.
Richard E. Palmer, T. M. Interpratation Theory in Schleirmacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer Terj. Hermeneutika, Teori Baru Mengenai Interpretasi.
Sulthoni, M. Resensi “Hermeneutika Dan Pengembangan Ulumul Qur’an” ( Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A ).
Suryanto. (2016, Januari). Pendekatan Hermeneutik Dalam Studi Al-Qur’an. Dipetik Maret 15, 2019, dari CORETAN DI DINDING: https://uyadhuha.blogspot.com/2016/01/pendekatan-hermeneutik-dalam-studi-al.html
Syamsudin, S. (2010). Hermeneutika Al-Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: eLSAQ Press.
Wahid, A. (t.thn.). Pengertian dan Penjelasan Hermeneutika (Upaya Penafsiran Teks). Dipetik Maret 15, 2019, dari http://portal-ilmu.com/pengertian-hermeneutika/
[1] Richard E. Palmer, Interpratation Theory in Schleirmacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer, terj. Mansur Hery & Damanhuri M, Hermeneutika, Teori Baru Mengenai Interpretasi, hal. 14.
[2] Sahiron Syamsudin, Hermeneutika Al-Qur’an dan Hadis. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hal. 36
[3] M. Sulthoni, Resensi “Hermeneutika Dan Pengembangan Ulumul Qur’an” ( Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A.), Hal. 2
[4] Ibid.
[5] Abdul Wahid, “Pengertian dan Penjelasan Hermeneutika (Upaya Penafsiran Teks)” diakses dari http://portal-ilmu.com/pengertian-hermeneutika/ pada Jum’at, 15 Maret 2019 pukul 15.25 WIB
[6] Ibid.
[7]Yayan Nurbayan, “Penggunaan Hermeneutika dalam Penafsiran al-Qur’an”, hal. 2
[8] Op.cit., hal. 2
[9] Setya Aji. “Filsafat - Ruang Lingkup Hermeneutika” diakses dari http://demasyuri.blogspot.com/2016/04/filsafat-ruang-lingkup-hermeneutika.html pada Jum’at, 15 Maret 2019 pukul 15.25 WIB
[10] Ibid.
[11]Saebani Himawan, “hermeneutika al qur'an”, diakses dari http://aljawahiry.blogspot.com/2013/07/hermeneutika-al-quran.html?m=1 pada Jum’at, 15 Maret 2019 pukul 15.25 WIB
[12] Ibid.
[13] Ibid.
[14] Suryanto. “Pendekatan Hermeneutik Dalam Studi Al-Qur’an” di akses dari https://uyadhuha.blogspot.com/2016/01/pendekatan-hermeneutik-dalam-studi-al.html pada Jum’at, 15 Maret 2019 pukul 15.25 WIB
Post a Comment for "MAKALAH HERMENEUTIKA AL-QUR’AN PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN SEJARAH HERMENEUTIKA"