Perkembangan Islam di Indonesia
Nama : Muhammad Arifin
Prodi : KPI II
NIM : 1732064
Materi : Sejarah Peradaban Islam
Perkembangan Islam di
Indonesia
A.
Kedatangan islam di Indonesia
Sejak zaman
prasejarah, penduduk kepulauan indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak
awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan
indonesia dengan berbagai daerah daratan asia tenggara.wilayah barat nusantara
dan sekitar malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik
perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para
pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara cina dan india. Sementara
itu, pala dan cenkeh yang berasal dari maluku, dipasarkan dijawa dan sumatra,
untuk kemudian dijual pada pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting
disumatra dan jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi pedagang
asing, seperti lamuri (Aceh) Barus dan Palembang di Sumatera, (Sunda Kelapa dan
Gresik di Jawa).
Pedagang-pedagang
Muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia
untuk berdagang sejak abad ke-7M (abad I H), islam pertama kali berkmbang di
Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukkan portugis (1511), merupakan pusat
utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka, hasil hutan dan
rempah-rempah dari seluruh plosok Nusantara dibawa ke Cina dan India., terutama
Gujarat, yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada waktu itu.
Dengan demikian , Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke
Barat lagi dari Gujarat, perjalanan laut melintasi Laut Arab. Dari sana
perjalanan bercabang dua. Jalan pertama di sebelah Utara menuju teluk Oman,
melalui selat Ormuz ke Teluk Persia. Jalan kedua melalui Teluk Aden dan Laut
Merah, dan dari kota Suez jalan perdagangan harus melalui daratan ke kairo dan
Iskandariah. Melalui jalan pelayaran tersebut, kapal-kapal Arab, Persia dan
India mondar mandir dari Barat ke Timur dan terus ke negri Cina dengan
menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang perginya.
Ada indikasi
bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti jalan tersebut sesudah abad ke-9M tetapi
tidak lama kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai di pantai barat India,
karena barang-barang yang di perlukan sudah dapat di beli di sini. Kapal-kapal
indonesia juga mengambil bagian dalam perjalanan niaga tersebut. Pada Zaman
Sriwijaya, pedagang-pedagang Nusantara mengunjug pelabuhan-pelabuhan Cina dan
Pantai Timur Afrika.
Sampai
berdirinya kerajaan-kerajaan islam itu, perkembangan agama islam di indonesia
dapat dibagi menjadi tiga fase.
(1) Singgahnya
pedagang-pedagang islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah
berita luar negri,terutama Cina,
(2)
Adanya komunitas-komunitas islam
dibeberapa daerah di kepulauan Indonesia. Sumbernya, di samping berita-berita
asing juga makanan-makanan Islam, dan
(3) berdirinya
kerajaan-kerajaan islam.
B. Kondisi dan situasi politik
kerajaan-kerajaan di Indonesia
Cikal bakal
kekuasaan islam telah dirintis pada periode abad 1-5H/7-8M, tetapi semua
tenggelam dalam hegemoni maritm Sriwijaya yang erpusat di Palembang dan
Majapahit di jawatimur . pada periode ini para pedagang dan mubaligh muslim
membentuk komunitas-komunitas islam. Mereka memperkenalkan islam yang
mengajarkan toleransi dan kesamaan derajat di antara sesama, sementara ajaran
Hindu-Jawamenekankan prbedaan derajat manusia. Ajaran islam ini sangat menarik
perhatian penduduk setempat. Karena itu, islam tersebar di kepulauan Indonesia
terhitung cepat, meski dengan damai.
Masuknya islam
ke daerah-daerah di indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Di samping itu,
keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika datang islam juga
berlainan. Pada abad ke-7 sampai ke-10M, kerajaan Sriwijaya meluaskan
kekuasaanya ke daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal itu erat hubunganyaa
dengan usaha penguasaan selat Malakayang merupakan kunci bagi pelayaran dan
perdagangan internasional. Datangnya orang-orang muslim kedaerah itusama sekali
belum memperhatikan dampak-dampak politik., karena mereka datang hanya memang
untuk usaha pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang islam dalam
bidang poitik terlihat pada abad ke-9M, ketika mereka terlibat dalam
pemberotakanpetani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan kaisar
Hi-Tsung (878-889M). Akibat pemberontakan itu, kaum muslimin banyak yang
dibunuh. Sebagian lainya ke Kedah, wilayah yang masuk ke kekuasaan Sriwijaya,
bahkan ada yang ke Palembang dan membuat perkampungan Muslim disini.
Kerajaan-kerajaan Sriwijaya pada waktu itu memang melindungi orang-orang
muslimdi wilayah kekuasaanya.
Di kerajaan
Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada masih berkuasa, situasi
politik pusat kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah dikepulauan
Nusantara mengakui berada dibawah perlindunganya. Tetapi sejak Gajah Mada
meninggal dunia (1364M) dan di susul Hayam Wuruk (1389M), situasi Majapahit
kembali mengalami kegoncangan. Perebutan kekuasaan anara Wikramawhardana da
Bhre Wirabumi berlangsung lebih dari sepuluh aun. Setelah Bhre Wirabumi
meninggal, perebutan kekuasaan dikalangan istana kembali muncul dan
berlarut-larut. Pada tahun 1468M Maja Pahit di serang Girindrawardhana dari
Kediri. Sejak itu, kebesaran Majapahit dapat di katakan sudah habis. Tome Pires
(1512-1515M), dalm tulisanya suma oriental, tidak lagi menyebut-nyebut nama
Majapahit. Kelemahan-kelemahan yang semakin lama semakin memuncak akhirnya
menyebabkan keruntuhannya.
C. Munculnya
pemukiman-pemukiman muslim di kota-kota pesisir
Seperti
disebutkan di atas, menjelang abad ke-13M, pesisir aceh sudah ada pemukiman
muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang muslim dari Arab,
Persia, dan India memang pertama kali terjadi didaerah ini. Karena itu,
diprkirakan, proses islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi.
Dengan demikian, dapat dipahami mengapa kerajaan islam pertama di Kepulauan
Nusantara ini berdiri di Aceh, yaitu kerajaan Pasai yang didirikan pada
pertengahan abad ke-13M, setelah kerajaan islam ini berdiri, perkembangan masyarakat
muslim di Malaka makn lama makin meluas dan pada awal abad ke-15M, di daerah
ini lahir kerajaan islam kedua di asia tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang,
bahkan dapat mengambi alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari kerajaan
Samudra Pasai yang kalah bersaing. Lajunya perkembangan masyarakat Muslim ini
berkaitan erat dengan keruntuhan Sriwijaya.
Setelah malaka
jatuh ke tangan portugis (1511 M), mata rantai penting pelayaran beralih ke
Aceh, kerajaan islam yang melanjutkan kejayaan Samudra pasai. Dari sini, proses
islamisasi di kepulauan Nusantara berlangsung lebih cepat dari sebelumnya.
Untuk menghindari gangguan portugis yang menguasai Malaka, untuk sementara
waktu kapal-kapal pemilih berlayar menelusuri pantai Barat Sumatra. Aceh
kemudian berusaha melebarkan kekuasaanya ke Selatan sampai ke Pariaman dan
Tiku. Dari pantai Sumatra, kapal-kapal memasuki selat Sunda menuju
pelabuhan-pelabuhan di pantai Utara Jawa.
Berdasarkan
berita Tome Pires (1512-1511), dalam suma oriental-nya, dapat diketahui bahwa
daerah-daerah dibagian pesisir Sumatra Utara dan Timur selat Malakayaitu dari
Aceh sampai Palembang sudah banyak terdapat masyarakat dan kerajaan-kerajaan
islam. Akan tetapi, menurut berita itu,
daerah-darah yang belum islam juga masih banyak, yaitu palembang dan
daerah-daerah pedalaman. Proses islamisasi ke daerah-daerah pedalaman aceh,
Sumatra Barat, terutama terjadi sejak aceh mlakukan ekspansi politiknya pada
abad ke-16 dan ke-17M.
Sementara itu,
di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung, sejak abad ke-11M, meskipun belum
meluas; terbukti dengan di temukanya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik
yang berangka tahun 475H (1082M). Berita tentang islam di Jawa pada abad ke-11
dan 12M memang masih sangat langka. Akan tetapi, sejak akhir abad ke-13M dan
abad-abad berikutnya, terutama ketika Majapahit mencapai puncak kebesaranya,
bukti-bukti adanya proses islamisasi sudah banyak, dengan ditemukanya beberapa
puluh nisan kubur di Troloyo, Trowulan dan Gresik. Bahkan, menurut berita
Ma-huan tahun 1416M, di pusat Majapahit maupun dipesisir, terutama dikota-kota
pelabuhan, telah terjadi proses islamisasi dan sudah pula terbentuk masyarakat
muslim.
Pertumbuhan
masyarakat islam disekitar Majapahit dan terutama di beberapa kota pelabuhan di
Jawa erat hubunganya dengan perkembangan
pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang islam yang telah mempunyai
kekuasaan ekonomi dan politik di Samudra Pasai,Malaka dan Aceh.
Tome Pires
juga menyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang bercorak Islam, yaitu
Demak, dan kerajaan-kerajaan di daerah pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah,
dan Jawa Barat, di samping masih ada kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu.
Melihat
makam-makam muslim yang terdapat di situs-situs Majapahit, diketahui bahwa
islam sudah hadir di ibu kota Majapahit sejak kerajaan itu sudah mencapai
puncaknya. Meskipun demikian, lazim dianggap bahwa islam di Jawa pada mulanya
menyebar selama periode merosotnya kerajaan Hindu-Budhis. Islam menyebar ke
posisi pulau jawa melalui hubungan perdagangan, kemudian dari pesisir ini, agak
belakang menyebar ke pedalaman pulau itu. Di beberapa tempat, raja-raja jawa
yang kafir menjadi muslim, sementara para mullah dan para pedagang muslim
mendapat posisi di sana. Yang lain mengambil jalan membangun benteng di sekitar
tempat-tempat mereka tinggal dan mengambil masyarakat-masyarakat pribuminya,
yang berlayar di kapal-kapal mereka. Mereka membunuh raja-raja jawa serta
menjadikan diri mereka sebagai raja.
Dengan cara ini . mereka menjadikan diri mereka sebagai tuan-tuan di pesisir
itu serta mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di Jawa.
Perkembangan
islam di pulau jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi raja Majapahit.
Hal itu memberi peluan kepada raja-raja islam pesisir untuk membangun
pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah bimbingan spiritual Sunan
Kudus, meskipun bukan tang tertua dari wali songo, Demak akhirnya berhasil
menggantikan Majapahit sebagai kraton pusat.
Pengaruh islam
masuk ke Indonesia bagian timur, khususnya daerah Maluku, tidak dapat
dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang pada pusat lalulintas
pelayaran internasional di Malaka, Jawa dan Maluku. Menurut tradisi setempat,
sejak abad ke-14M, islam datang ke daerah Maluku. Raja ternate yang ke
duabelas, Molomatea (1350-1357M) bersahabat karib dengan orang Arab yang
memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam
kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa di Ternate sudah ada masyarakat islam
sebelum rajanya masuk islam. Demikian juga di Banda, Hitu, Makyan, dan Bacan.
Menurut TomePires, orang masuk islam di Maluku kira-kira tahun 1460-1465M. Hal
itu sejalan dengan berita Antonio Galvao. Orang-orang islam datang ke maluku
tidak menghadapi kerajaan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan sebagaimana
halnya di Jawa. Mereka datang dan menyebarkan agama Islam melalui perdagangan,
dakwah dan perkawinan.
Proses
islamisasi pada taraf pertama di kerajaan Gowa di lakukan dengan cara damai,
oleh Dato’ Ri Bandung dan Dato’ Sulaeman keduanya memberikan ajaran-ajaran
islam kepada masyarakat dan raja. Setelah secara resmi memeluk agama islam,
Gowa melancarkan perang terhadap Soppeng. Wajo, dan terakhir Bone.
Kerajaan-kerajaan itupun masuk islam, Wajo, 10 Mei 1610M dan Bone, 23 November
1611 M.
Proses
islamisasi tidak berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan islam tetapi
terus berlangsung intensif dengan berbagai cara dan saluran.
D. Saluran dan cara-cara islamisasi di Indonesia
Kedatangan
islam dan penyebaran kepada golongan bangsawa dan rakyat umumnya, dilakukan
secara damai. Apabila situasi politik dalam kerajaan mengalami kekacauan dan
kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, maka
islam di jadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang
menghendakikekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim
yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan. Apabila
kerajaan islam sudah berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap kerajaan
non-islam. Hal itu bukanlah persoalan agama tetapi karena dorongan politis
untuk menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya.
Menurut Uka Tjandrasasmita,
saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada enam yaitu:
1. Saluran perdagangan
2. Saluran Perkawinan
3. Saluran Tasawuf
4. Saluran Pendidikan
5. Saluran Kesenian
6. Saluran Politik
Post a Comment for "Perkembangan Islam di Indonesia"