MAKALAH GAYA RETORIS I ( Aliterasi, Asonansi, Anastrof, Apofasis, Apostrof, Asidenton, Polisidenton, Kiamus, Elipsis )
MAKALAH
GAYA RETORIS I ( Aliterasi, Asonansi, Anastrof, Apofasis, Apostrof,
Asidenton, Polisidenton, Kiamus, Elipsis )
Mata
kuliah : Stilistika Alquran
Dosen
pembimbing : Ali Mahfudz M.S,I
Disusun oleh :
MONIKA RUSTIANA PUTRI (1631038)
Fakultas
Ushuludin (IQT / V)
Institut
Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen
2018
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengam istilah style. Kata style diturunkan dari bahasa latin
stylus,
yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Pada perkembangan berikutnya,
kata
style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau
menggunakan kata
kata
secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat
(Tarigan, 2009:4) mengemukakan
bahwa
gaya
bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan
menulis
untuk
menyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca.
Gaya bahasa dan kosakata
memunyai hubungan erat, hubungan timbal balik. Kian kaya kosakata
seseorang,
kian beragam pulalah gaya bahasa yang dipakainya. Peningkatan pemakaian gaya
bahasa
jelas turut memperkaya kosakata pemakainya. Itulah sebabnya maka dalam
pengajaran
gaya
bahasa merupakan suatu teknik penting untuk mengembangkan kosakata para siswa
(Tarigan,
2009: 5).
Gaya
bahasa mempunyai cakupan yang sangat luas. Menurut penjelasan(Kridalaksana,
2009),
gaya
bahasa (style) mempunyai tiga pengertian;
1.
pemanfaatan atas bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis ;
2.
pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu;
3.
keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra.
Sementara itu, (Leech
&Short, 1981: 278; Tarigan, 2009: 66) mengemukakan bahwa gaya
bahasa
adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu,
untuk
tujuan
tertentu. Bila dilihat dari fungsi bahasa, penggunaan bahasa termasuk
dalam fungsi
puitik,
yaitu menjadikan pesan lebih berbobot.
Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai
dengan
waktu dan penerima yang menjadi sasaran) dapat menarik perhatian penerima.
Sebaliknya,
bila penggunaanya tidak tepat, maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka.
Pendapat
lain mengatakan pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa,
penggayabahasaan,
yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata
mendukungnya,
melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat (Nurgiantoro,
2000:296).
Berdasarkan beberapa pendapat
yang telah peneliti uraikan, dapat dikatakan secara garis besar
bahwa
gaya bahasa merupakan penyimpangan makna dari kata-kata yang tertulis yang
sengaja
dilakukan
oleh pengarang untuk menimbulkan efek tertentu atau menimbulkan konotasi
tertentu.
Sebuah
pendapat menyebutkan bahwa gaya bahasa memiliki cirri-ciri sebagai berikut.
1. Ada
perbedaan dengan sesuatu yang diungkapkan misalnya melebihkan, mengiaskan,
melambangkan,
mengecilkan atau menyindir.
2.
Kalimat yang disusun dengan kata-kata yang menarik dan indah.
3. Pada
umumnya mempunyai makna kias (Zainudin, 1992:52).
Secara singkat dapat dikatakan
bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (Keraf, 2002:
113). Dari
beberapa
pendapat di atas, peneliti memilih teori yang diungkapkan oleh Gorys Keraf karena
las dan
mudah dimengerti yang mengartikan gaya
bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran
melalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai
bahasa).
A. Ragam
Gaya Bahasa
Pembagian
atau penggolongan gaya bahasa sampai saat ini belum memiliki kesamaan persis
dari
para ahli
seperti pembagian gaya bahasa berikut.
1) Gaya
bahasa terdiri atas tiga macam (Zainuddin, 1991) yaitu;
a. gaya
bahasa perbandingan;
b. gaya
bahasa sindiran ;
c. gaya
bahasa dan ungkapan yang sering digunakan sehari-hari.
2) Gaya
bahasa sekurang-kurangnya dapat dibedakan berdasarkan titik tolak yang
dipergunakan
(Keraf,
2002), yaitu;
a. gaya
bahasa berdasarkan pilihan kata;
b. gaya bahasa
berdasarkan struktur kalimat;
c. gaya
bahasa berdasarkan nada yang terkandung di dalamnya;
d. gaya
bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung di dalamnya.
3) Gaya
bahasa terdiri dari empat kelompok (Tarigan, 2009: 6), yaitu;
a. gaya
bahasa perbandingan;
b. gaya
bahasa pertentangan;
c. gaya bahasa pertautan;
d. gaya bahasa perulangan.
Dengan pertimbangan bahwa
pembagian gaya bahasa Gorys Keraf
lebih luas dan jelas, maka
penulis
lebih tertarik untuk mengacu pada teori dalam buku Gorys Keraf khususnya
mengenai
gaya
bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung di dalamnya untuk
meneliti
kumpulan
kolom Parodi pada harian Kompas.
A. Gaya
Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata
Dalam bahasa standar (bahasa
baku) dapatlah dibedakan: gaya bahasa resmi (bukan bahasa
resmi),
gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.
1. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya
dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam
kesempatan-kesempatan
resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan
mempergunakannya
dengan baik dan terpelihara. Sebab itu, gaya bahasa resmi pertama-tama
adalah
bahasa dengan gaya tulisan dalam tingkat tertinggi, walaupun sering
dipergunakan juga
dalam
pidato-pidato umum yang bersifat seremonial.
2. Gaya
Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi juga
merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar,
khususnya
dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya ini
biasanya
dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku pegangan, artikel-artikel mingguan
atau
bulanan
yang baik, dalam perkuliahan, editorial, dan sebagainya.
3. Gaya
Bahasa Percakapan
Dalam gaya bahasa ini, pilihan
katanya adalah kata-kata popular dan kata-kata percakapan.
Namun di
sini harus ditambahkan segi-segi morfologis dan sintaksis, yang secara
bersama-sama
membentuk
gaya bahasa percakapan ini.
A. Gaya Bahasa Bedasarkan Nada Gaya bahasa
dilihat dari segi nada yang terkandung dalam sebuah wacana, dibagi atas: gaya
yang
sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah.
1. Gaya
sederhana
Gaya ini biasanya cocok untuk
member intruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya.
Sebab itu
untuk mempergunakan gaya ini secara efektif, penulis harus memiliki kepandaian
dan
pengetahuan
yang cukup.
2. Gaya
Mulya dan Bertenaga
Gaya ini penuh dengan vitalitas
dan biasanya dipergunakan untuk menggerakan sesuatu.
Menggerakan
sesuatu tidak saja dengan mempergunakan tenaga pembicara, tetapi juga dapat
mempergunakan
nada keagungan dan kemuliaan. Nada yang agung dan mulia akan sanggup pula
menggerakan
emosi pendengar.
3. Gaya
Menengah
Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk
menimbulkan suasana senang
dan
damai, karena tujuannya adalah menciptakan suasana senang dan damai, maka
nadanya juga
bersifat
lemah-lembut, penuh kasih saying, dan mengandung humor yang sehat.
A. Gaya
Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Gaya bahasa berdasarkan struktur
kalimat terdiri dari gaya bahasa klimaks, antiklimaks,
paralelisme,
antithesis, dan repetisi. Repetisi terbagi lagi menjadi beberapa gaya yaitu
epizeukis,
tautotes,
anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalipsisi, dan anadiplosis.
1. Gaya Bahasa Paralelisme
Pararelisme merupakan suatu gaya
yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata
kata yang
menduduki fungsi pragmatikal yang sama dalam sebuah kalimat atau klausa (Rani,
1996:
148). Contoh sebagai berikut.
a. Kede ngarannya memang aneh, dia merasa kesepian di
tengah kota metropolitan ini. b. Negara kita ini Negara hukum, semua yang salah
harus ditindak tegas tanpa harus pandang bulu.
1.
Klimaks
Klimaks adalah semacam gaya
bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali
semakin
meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Contoh sebagai
berikut:
a. Dalam
dunia perguruan tinggi yang dicengkram rasa takut dan rasa rendah diri, tidak
dapat diharapkan pembaharuan, kebanggaan akan hasil-hasil pemikiran yang
obyektif atau keberanian untuk mengungkapkan pendapat secara bebas. b.
Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman
harapan.
2.
Anti Klimaks
Antiklimaks dihasilkan oleh
kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai gaya
bahasa merupakan
suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting
berturut-turut
ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks sering kurang efektif karena
gagasan
yang
penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi
member
perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu.
Misalnya
:
Ketua
pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya,
pendiam, dan tidak terkenal namanya (mengandung ironi).
3.
Antitetis
Antitetis adalah sebuah gaya
bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan,
dengan
memergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.
Misalnya
:
Mereka
sudah kehilangan banyak dari harta bendanya,
tetapi mereka juga telah banyak memeroleh keuntungan daripadanya.
4.
Repitisi
Repitisi adalah perulangan
bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting
untuk
member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
A. Gaya
Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Berdasarkan langsung tidaknya
makna yang terkandung dalam sebuah kata atau kelompok kata
maka gaya
bahasa dapat dibedakan atas dua bagian, yakni gaya langsung atau gaya bahasa
retoris
dan gaya bahasa kiasan.
B. Gaya Bahasa Retoris
Gaya bahasa retoris harus
diartikan menurut nilai lahirnya. Tidak ada usaha menyembunyikan
sesuatu
di dalamnya. Gaya bahasa retoris terdiri dari aliterasi, asonansi, anastrof,
apofasis atau
preterisio,
apostrof, asindeton, polisondeton, kiasmus, ellipsis, eufemisme, litotes,
histeron,
proteron,
pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau
pertanyaan
retoris,
silepsis dan zeugma, koreksio atau
epanortosis, hiperbol, paradoks, dan oksimoron.
1. Aliterasi
Aliterasi adalah gaya bahasa yang
berwujud perulangan konsonan yang sama.Biasanya
digunakan
dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan.
Contoh:
Takuttitik tumpah
Pada
contoh ini perulangan konsonan ditunjukan sebagai perhiasan atau untuk
memperoleh efek
keindahan.
2.
Asonansi
Gaya bahasa yang berwujud
perulangan bunyi vokal yang sama disebut asonansi. Biasanya
dipergunakan
dalam puisi, kadang-kadang juga dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan
atau
sekedar keindahan.
Contoh :
Ini muka penuh luka siapa punya
Perulangan
bentuk vokal pada contoh ini menimbulkan efek keindahan.
3.
Anastrof (Inversi)
Anastrof (Inversi) adalah gaya
retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang
biasa
dalam kalimat. Gaya bahasa ini dipergunakan apabila predikat kalimat hendak
lebih
ditonjolkan
atau dipentingkan dari pada subjeknya sehingga predikat terletak di depan
subjeknya.
Contoh :
Besar sekali gajinya.
Yang
hendak lebih ditonjolkan dalam kalimat pada contoh ini adalah besarnya gaji.
4.
Apofasis (Preterisio)
Sebuah gaya dimana pengarang
menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal atau
menyatakan
sebaliknya disebut apofasis (preterisio).
Contoh :
Saya tidak mau mengatakan dalam rapat ini bahwa Saudara telah menggelapkan uang
jutaan
rupiah.
Maksud
dari dari contoh ini seolah-olah menutupi kesalahan orang lain namun pada
kenyataanya
mengungkap
kejahatan orang itu.
5.
Apostrof
Apostrof adalah gaya bahasa yang
terbentuk sebuah amanat yang disampaikan kepada sesuatu
yang tidak
hadir. Makna apostrof ialah berpaling atau berputar.
Seorang
pembicara tiba-tiba mengarahkan ucapannya kepada sesuatu yang tidak hadir,
kepada
mereka
yang sudah meninggal, atau kepada barang atau objek khayalan sehingga tampaknya
ia
tidak
berbicara lagi pada hadirin.
Contoh :
Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari
belenggu penindasan ini!
Pembicara
mengalihkan ucapannya kepada sesuatu yang tidak hadir karna tidak mungkin
pembicara
berbicara didepan dewa.
6. Asindeton
Asindeton adalah penghilangan
konjungsi (kata sambung) dalam frasa, klausa atau kalimat,
misalnya
dalam kalimat “saya datang, saya lihat, saya menang”
Gaya
bahasa asindeton bersifat padat dan mampat; kata-kata yang sederajat berurutan,
atau
klausa-klausa
yang sederajat, tidak dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh:
Kita berjuang dengan hati panas, kepala dingin.
Kata
sambung yang dihilangkan dalam contoh ini adalah tetapi
7.
Polisindenton
Polisindenton adalah suatu gaya
yang merupakan kebalikan dari asindenton. Beberapa kata,
frasa,
atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.
Contoh:
Setelah pelajaran usai, maka berkemas-kemaslah murid-murid hendak pulang, karna
jam pelajaran terakhir telah habis, lalu mereka berdoa dipimpin
ketua kelas.
8.
Kiasmus
Kiasmus adalah gaya bahasa yang
mengandung dua bagian, baik frasa atau klausa yang sifatnya
berimbang
dan dipertentangkan satu sama lain. Tetapi, susunan frasa atau klausanya itu
terbalik
bila
dibandingkan dangan frasa atau klausa lainya.
Contoh:
Uang itu sudah kutabung di bank, tak ada lagi uang di rumah .Orang tuanya sudah tiada, berantakanlah
kehidupannya.
9.
Elipsis
Elipsis merupakan gaya bahasa
dengan menghilangkan satu kata atau lebih yang dengan mudah
dapat
diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar.
Contoh:
Masihkah kau tak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu
sehat;
tetapi
psikis
BAB III
KESIMPULAN
Gaya bahasa merupakan bentuk
retorik yaitu penggunaan kata kata dalam berbicara dan menulis untuk
mempengaruhi pembaca atau pendengar , bertolak dari kenyataan tersebut ada
beberapa pendapat mengenai fungsi gaya bahasa yaitu sebagai alat untuk
memperkuat efek terhadap gagasan yang disampaikan , alat untuk memperjelas
sesuatu dan alat untuk menciptakan keadaan hati tertentu berdasarkan beberapa
pendapat tentang banyak nya fungsi gaya bahasa.
Dapat disimpulkan fungsi dari
gaya bahasa sbb :
1. Gaya bahasa
berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar untuk dapat
meyakinkan apa yang disampaikan oleh sebuah penulis.
2. Gaya bahasa
berfungsi sebagai alat untuk menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, dapat
menghanyutkan pembaca dalam suasana hati
3. Gaya bahasa
berfungsi sebagai alat untuk memperkuat efek terhadap gagasan yang disampaikan,
maksudnya dapat membuat si pembaca atau si pendengar terlihat lebih berkesan
terhadap suatu gagasan yang disampaikan si penulis atau si pembicara .
Macam macam gaya bahasa yang
saya sampaikan
a. Aliterasi yaitu
, gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama., biasanya gaya
bahasa ini digunakan dalam puisi , dalam prosa, untuk sebuah pehiasan
(keindahan) atau penekanan.
b. Asonansi yaitu,
gaya bajhasa yang berwujud perulanagn bunyi vocal yang sama , dan biasanya digunakan dalam puisis,
terkadang dalam prosa pula untuk sebuah efek penekanan dan sekedar untuk
keindahan.
c. Anastrof yaitu,
gaya bahasa yang retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang
dalam kalimat . Gaya bahasa ini dipergunakan apabila predikat kalimat hendak
lebih ditonjolkan atau dipentingkan daripada subjeknya sehingga predikat ini
terletak pada depan subjeknya.
d. Apofasis yaitu,
Sebuah gaya bahasa yang dimana pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya
menyangkal atau menyatakan sebaliknya yang disebut apofasis (preterisio)
e. Apostrof yaitu,
Gaya bahasa yang terbentuk sebuah amanat yang disampaikan kepada sesuatu yang
tidak hadir makna apostrof ialah berpaling atau berputar, biasanya seorang
pembicara tiba tiba mengucapkan kepada yang tidak hadir kepda sesuatu yang
sudah meninggal atau kepada barang atau obyek khayalan sehingga tampaknya ia
tidak berbicara lagi pada audiens.
f.Asidenton yaitu,
penghilangan konjungsi ,frasa,klausa,atau kalimat , gaya bahsa asindenton
bersifat padat dan rapat, dan kata kata yang sederajat beruntunsn dan tidak
dihubungkan dengan kata sambung.
f. Polisendenton
yaitu, suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asindenton beberapa
kata, frasa atau klausa yang dihubungkan berurutan dihubungkan dengan kata
sambung.
g.Kiasmus yaitu,
Gaya bahasa yang mengandung dua bagian , baik frasa atau klausa yang sifatnya
berimbang dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau
klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa yang lainnya.
h.Elipsis yaitu,
merupakan gaya bahasa dengan menghilangkan suatu kata atau lebih yang dengan
mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar .
Demikian makalah ini saya buat
tentu banyak salah saya mohon maaf yang setulus tulusnya, kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan dari pembaca sekalian. TERIMAKASIH
Post a Comment for "MAKALAH GAYA RETORIS I ( Aliterasi, Asonansi, Anastrof, Apofasis, Apostrof, Asidenton, Polisidenton, Kiamus, Elipsis )"