MAKALAH AL-QUR’AN DALAM PANDANGAN CHRISTOPH LUXENBERG
MAKALAH
AL-QUR’AN DALAM PANDANGAN CHRISTOPH LUXENBERG
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Qur’an Orientalis pada semester V
Dosen Pengampu: Muzayyin. M.Hum.
Disusun Oleh:
Kholiliyyatul Mufakhiroh
(1631047)
FAKULTAS USHULUDDIN
PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “al-Qur’an dalam Pandangan Christoph Luxenberg”ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW. yang telah membawa kita selaku ummatnya dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang penuh dengan nuansa Islami dan zaman yang penuh penerangan ini.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing yakni Bapak Muzayyin, M.Hum.dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan agar makalah ini mengalami perbaikan ke arah yang lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kebumen, 14 Oktober 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran merupakan kitab suci yang menjadi sumberinspirasi bagi para penuntut Ilmu, termasuk para orientalis.Mereka menjadikan Alquran sebagai objek kajian dan penelitian,baik dikalangan akademik maupun non akademik. Salah satu yangpaling kontemporer tentang kajian orientalis terhadap Alquranadalah karyaChristoph Luxenberg “Die Syiro-aramaeische Lesartdes Koran: Ein beitrag Zur Entschluesselung der Koransprache”(Cara Membaca Alquran dengan Syiriak-Aramaik: SebuahSumbangsi Upaya Pemecahan Kesulitan Memahami BahasaAlquran).
Luxenberg berpendapat bahwa Alquran banyakdipengaruhi oleh bahasa Syiriak-Aramaik sehingga untukmemahami Alquran dengan baik harus dipelajari melalui Bahasa Syiriak-Aramaik. Menurut Luxenberg, bahasa tersebutmerupakan Lingua Franca masyarakat Arab pada zaman nabi,sedangkan bahasa Arab Fusha merupakan bahasa yang datangkemudian setelah mantapnya bahasa Syiriak-Aramaik.[1] Tulisan iniakan menelaah kembali pendapat Luxenberg,kemudianmemberikan sanggahan dengan mengutip pendapat beberapatokoh pengkaji keislaman.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana biografi dari Christoph Luxenberg?
2. Bagaimana Metode dan Pemikiran Chrishtoph Luxenberg terhadap Al Quran?
3. Sanggahan terhadap Pemikiran-pemikiran Chrishtoph Luxenberg?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui biografi dari Christoph Luxenberg
2. Untuk mengetahui metode dan pemikiran Christoph Luxenberg terhadap al-Qur’an
3. Untuk mengetahui sanggahan teradap pemikiran Christoph Luxenberg
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Christoph Luxenberg
Christoph Luxenberg merupakan nama samaran seorang sarjana dari Jerman yang membantah pandangan Muslim ortodoks mengenai Alquran.Dari beberapa sumber yang dapat dipercaya, dia adalah seorang warga dari Jerman yang berkebangsaan Lebanon dan penganut Kristen, yang mempunyai nama asliEphraem Malki,yaitu seorang Dr. Phil. dalam bidang Arabustik. Dia adalah salah seorang Orientalisme kontemporer yang mengkaji tentang kebahasaan Alquran. Bahasa Alquran menjadi salah satu pengkajian yang penting bagi dunia Barat. Mereka berpendapat bahwa bahasa Alquran itu banyak yang dipengaruhi olehbahasa asing, diantaranya yang menyatakan pemikiran ini adalah Abraham Geiger (tokoh pendiri Yahudi Liberal di Jerman). Abraham berpendapat pada salah satu esainya bahwa kosakata Ibranicukup banyak mempengaruhi terhadap bahasa Alquran. Esainya ini merupakan hasil kompetisi untuk masuk ke Universitas Bonn tahun 1882 dan dia berhasil memenangkan kompetisi tersebut. Pada tahun 1883, esai ini diterbitkan kedalam bahasa Jerman dengan judul:Was Hat Mohammed aus dem Jdenthume aufgenommen?(Apa yang telah Muhammad Pinjam dari Yahudi?). Kata-kata yang berada dalam Alquran seperti:Tabut, Taurat, Jannatu, Jahannam,Akhbar, Thagut, Ma’un, Malakut berasal dari BahasaIbrani.[2]
Dalam sebuah artikel dijelaskan bahwa alasan Luxenberg menggunakan nama samaran dari Ephraem Malki menjadi Christoph Luxenberg adalah untuk menjaga dirinya dari kemungkinan-kemungkinan akibat kekerasan. Nama Chrishtoph Luxenberg terinspirasi dari nama Georg Christoph Lichtenberg, seorang perusak mitos. Lux (latin) diterjemahkan sebagai Licht (jerman). Kebanyakan versi yang beredar menyebutkan bahwa Luxenberg adalah Sarjana Jerman dalam bidangSemitic Languages. Hans Jansen, soerang professor di Universitas Leyden menduga bahwa Luxenberg adalah orang Lebanon yang beragama Kristen. Mengingat tulisan Francois de Blois dalam Journal of Quranic Studiesyang mempertanyakan pengetahuan Luxenberg tentang bahasa Arab.[3]
Dalam kajiannya, Luxenberg menggunakan pendekatan filologis mendekonstruksi keontentikan mushaf Usmani. Pada tahun 2003, tepatnyapada tanggal 28 Mei, Christoph diundang dalam ceramah di Universitas desSaarlandes yang membahas tentang “Pengaruh Bahasa Aramaik terhadap bahasa Alquran”. Dia adalah seorang Dosenyang juga aktif dalam bidang menulis dan memberikan wawancara unuk media masa.
Berikut diantara karya Christoph Luxenberg:
1) Die Siro-Aramäische Lesart des Koran: Ein Beitrag zur Entschlüsselung derKoransprache terbit di tahun 2000.
2) Weihnachten im QurandiStreit um den Quran, Die Luxenberg Debatte:Standpunkte und Hintergründeterbit di tahun 2004.
3) Der Koran zum Islamischen Kopftuchterbit di tahun 2004.
4) Neudeutung der Arabischen Inschrift im Felsendom zu Yerusalem.DiDieDunklen Anfänge, neue Forschungen zur Entstehung und frühen Geschichte des Islamterbit di tahun 2005.
5) Relikte Siro-aramäischer Buchstaben di frühen Korankodizes im hejazi- und kufi- duktus.DiDer frühe Islamterbit di tahun 2007.
6) The Siro-Aramaic Reading Quran - Sebuah Kontribusi untuk Decoding dariAlquranterbit di tahun 2007.
7) Die syrische Liturgie und die geheimnisvollen Buchstaben im Quranterbit di tahun 2008.
Dari sekian karya Luxenberg, belum ada yang diterjemah kedalambahasa Indonesia. Salah satu karya nya yang telah diterjemah adalahDie Siro- Aramäische Lesart des Koran: Ein Beitrag zur Entschlüsselung derKoransprache.Buku terjemahannya terbit dalam bahasa Inggris pada 1 Mei 2007 oleh penerbit Hans Schiler Publishers dengan tebal 352 halaman.[4]
Luxenburg mengklaim bahwa bahasa Alquran sebenarnya bukan dari bahasa Arab, melainkan banyak dipengaruhi oleh bahasa Syiriak-Aramaik, sehingga banyak ungkapan yang sering dibaca keliru dan sulit dipahami, kecuali merujuk ke Syiriak-Aramaik yang merupakan bahasa yang ada pada masa itu (Lingua Franca).Bahasa Syro-Aramaik (Syiriak) menurut Aidin Husaini adalah bahasa komunikasitulis di Timur Dekat mulai abad ke-2 sampai ke-7 Masehi. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan oleh warga yang yang tinggal di Eddesa (Negara kota di Mesopotemia Atas). Sampai munculnya Alquran, bahasa ini digunakan sebagai media komunikasi yang luas dan penyebaran bahasa serta budaya Arameans, Arab dan Persia. Budaya ini telah banyak memproduksi literature yang yang sangat kaya di Timur dekat sejak abad ke-4 sampai digantikan dengan bahasa Arab abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Salah satu yang terpenting menurutnya adalah literature thw Syiriac Aramaik danmatrikbudaya ketika itu, praktis merupakan literature dan budaya Kristen. Dan juga dia menyatakan bahwa tradisi Arab tulis merupakan transmisikan melalui media Kristen.
Dalam ajaran Islam, membaca Alquran itu sudah dihitung sebagai pahala,berbeda lagi dengan membaca Hadis. Dan dalam surat Al Muzammil ayat 4, menyatakan bahwa membaca Alquran itu harus mengikuti sebutan asal, dan orang muslim yang membaca Alquran dengan benar itu akan mendapat pahala. Alquran adalah sumber hukum pertama umat Islam, untuk itulah bahasa Alquran dikaji dengan teliti untuk mendapatkan makna yang tepat agar dapat dijalankan denganbaik sesuai fungsi dan maksud dari ayat tersebut dandihayati sebagaiamarma;ruf nahi munkar. Dalam kajian bahasa Arab yaitu bahasa Alquran disini muncullah perkembangan ilmu-ilmu cabang bahasa Arab sepertibalaghah(badi’, ma’ani,bayan, saraf, nahwdan lain-lain.dan dalam kajian untuk mendapatkan makna-makna yang sesuai dan yang tepat dalam Alquran, maka muncullah ilmu ‘Ulumul Qur’an beserta cabang-cabangnya.
B. Metode dan Pemikiran Chrishtoph Luxenberg terhadap Al Quran.
Menurut Luxenberg, dengan melakukan kajian semantic terhadap sejumlahkata dalam Alquran Arab yang diambil dari perbendaharaan Bahasa Syiriac,Alquran yang dianut sekarang ini (Mushaf Usmani) adalah salah salin (mistransribed) dan berbeda dengan teks aslinya. Teks aslinya lebih mirip bahasa Aramaic dan naskah asli itu sendiri telah dimusnahkan oleh khalifah Usman.
Dalam bukunya yang berjudulDie Syro-aramaische Lesart des Koran: Ein Beitrag zur Entschlusselung der Koranprache(Cara Membaca Alquran dengan Bahasa Syro-aramaic: Sebuah sumbangsih upaya pemecahan kesukaran memahamibahasa Alquran), Chrishtoph Luxenberg menyatakan pendapatnya tentang Alquran.Setidaknya ada tiga pernyataan Luxenberg tentang Alquran, yaitu:
a. Bahasa Alquran itu sebenarnya bukan bahasa Arab.
b. Kosa-kata Alquran berasal dari Syro-Aramaik dan ajarannya pun diambil dari tradisi kitab suci Yahudi dan Kristen-Syiria.
c. Alquran yang ada tidak sahih, perlu ditinjau kembali dan diedit kembali.
Chirstoph Luxenberg, menyatakan bahwa bahasa Alquran hanya dapat dipahami jika dikembalikan ke bahasa asalnya,Syro-Aramaic.Karena menurutnya, bahasa Alquran bukanlah bahasa Arab. Melainkan Bahasa Syro – Aramaicyang menjadilingua francamasyarakat Arab pada masa itu.Yaitu masa diturunkannya Alquran pada masyarakat Arab.
BahasaSyro-Aramaicsendiri adalah Bahasa Syiriacdengan dialek Aramaik. Bahasa ini merupakan bahasa komunikasi tulis di Timur Dekat mulai abad ke-2 sampai 7 Masehi. Digunakan di kawasan Eddesa. Sebuah Negara kota di Mesopotamia. Bahasa ini kemudian menjadi wahana bagi penyebaran agama Kristen dan budaya Syiriacke wilayah Asia, Malabar dan bagian Timur Cina. Bahasa ini juga menjadi media bagi penyebaran budaya Arameans, Arab dan sebagian Persia. Dalam sejarahnya, Bahasa Syiria-Aramaicini telah menghasilkan banyak literatur di Timur Dekat sejak abad ke-4. Kemudian keberadaannya tergeser oleh bahasa Arab pada abad ke-7 dan ke-8 Masehi.[5]
Chrishtoph Luxenberg menggunakan pendekatan filologis dalam kajiannya terhadap Alquran. Alasan Chrishtoph menggunakan analisa filologi adalah karena adanya perbedaan qiraat (bacaan) dalam Alquran. Hal inilah yang kemudian mengantarkan Chrishtoph Luxenberg pada kesimpulan bahwa bahasa Arab bukanlah bahasa tulis yang resmi. Melainkan bahasa lisan.
Untuk menguatkan pendapatnya bahwa bahasa Alquran bukanlah bahasa Arab, Luxenberg menunjukkan beberapa ayat yang menurutnya berasal dari Bahasa Syiriac. Berikut adalah beberapa kosakata yang dipermasalahkan oleh Luxenberg:
Ayat
Lafadz
Tuduhan
Asal Bahasa
المدثر : 51
فَرَّتْ مِنْ قَسْوَرَةٍ
Qasurah
Syiriac
النسآء : 18
للذينَ يَعْمَلُونَ السَيِّأت
Sanniyat
Syiriac: sanyata
فصلت : 47
قَالُوْا اذَنَّاكَ مَامِنَّا
Idz-dza-ka
Syiriac
القلم : 13
عُتُلٍ بَعْدَ ذالك زَنِيْمٍ
‘alin dan ratim
Syiriac: rtim
يوسف : 88
وَجِئْنَا بِبِضَاعَةٍ مُزْجَةٍ
Murajjiyatin
Syiriac: mraggayta
الكهف : 61
فِالْبَحْرِسَرَبَا
Syarya
Syiriac
Selain kosa kata tersebut, Luxenberg juga mengorek-orek surah al-‘Alaq.Ia menytatakan bahwa isi surah al-‘Alaq sama dengan suratal-Fatihah. Kedua surat ini diambil dari liturgiKristen-Syiriac tentang jamuan malam terakhir jesus.
Pemikiran Luxenberg yang kedua adalah tentang ajaran Islam. Ia menganggapbahwa tradisi ajaran Alquran diambil dari kitab Yahudi dan Kristen-Syiria (Peshitta). Sehingga Alquran yang ada sekarang ini perlu direvisi karena terjadi banyak kesalahan makna dalam penafsirannya oleh para mufassir. Kesimpulan ini didapatkan Luxenberg dari investigasi terhadap perbendaharaan kata Alquran terhadap BahasaSyiria-aramaic sebagailingua francamasyarakat Arab pada waktu itu. Menurutnya juga, Bahasafushahadalah bahasa yang datang kemudian,setelah keberadaan BahasaSyiria-aramaicdi Arabia.Luxenberg jugamenyimpulkan bahwa Alquran tidak bisa menggantikan ajaran Yahudi dan Kristen, dua agama pendahulunya. Tapi sebaliknya, Alquran mendekatkan dua ajaran itu pada komunitas Arab.[6]
Satu hal yang penting dari kajiannya Luxenberg adalah bahwa bahasa dan literatureSyiria-aramaicyang kemudian melahirkan tradisi tulis adalah ditransmisikan melalui media Kristen. Kemudian Luxenberg menyimpulkan bahwaAlquran adalah turunan Bible dan liturgy Kristen-Syiria.
Misalnya, nama surat al-Fatihah, menurut Luxenberg, kata fatihah berasal dari bahasa Syiria “ptaxa” yang berarti pembukaan.Dalam tradisi Kristen-Syiria,ptaxaharus dibaca sebagai panggilan untuk berpartisipasi dalam sembahyang. Dalam Islam, surat ini juga wajib dibaca dalam salat. Kata-kata lain dalam Alquran seperti quran, hur dan sebagainya juga berasal dari bahasa Syiria.
Terhadap kata Alquran sendiri, Luxenberg menyatakan bahwa kataقرأن yang dipahami sarjana muslim sebagaiقرأ(membaca) atauقرن (menghubungkan) adalah keliru. Menurut Luxenberg,قرأنberasal dari kataqeryana(bahasa:Syiriac) yang berarti ajaran liturgy dari Injil kuno.
Tokoh lain yang menggugat bahwa penyebab munculnya perbedaan bacaan Alquran adalah Taufik Adnan Amal. Senada dengan Luxenberg, Adnanjuga mengklaim bahwa penyebab munculnya perbedaan bacaan (qiroah) Alquran karena penulisan Alquran yang belum sempurna. Belum sempurna disini diartikan dengan belum digunakannya tanda titik dan harokat. Sehingga satu huruf dapat dibaca dengan banyak versi. Seperti hurufta’ yang bisa dibaca dengan hurufatautsa’.Selain itu, meskipun Alquran sudah ditulis dalam saturasm,tapi masyarakattetap membacanya sesuai denganlahjahmasing-masing. Dari sinilah di masa mendatang muncul aliran-aliran atau madzhab-madzhab qiro’ah.[7]
C. Sanggahan terhadap Pemikiran-pemikiran Chrishtoph Luxenberg
Seperti orientalis yang lain, Luxenberg mempertanyakan motivasi utsman mengkodifikasi Alquran. Ia mengira bahwa Alquran yang dimusnahkan dengan mushaf utsmani yang beredar sekarang ini berbeda. Ini sangat tidak benar. Mengingat proses kodifikasi pada masa Utsman dilakukan dengan sangat terbuka, dan Alquran selalu diingat dan dihafal oleh ribuan bahkan jutaan orang. Jadi tidak mungkin ada perbedaan dalam Alquran. Sekalipun ada, setiap kekurangan atau kesalahan dalam Alquran pasti dengan segera diketahui dan diperbaiki.
Dalam kajiannya ini, Christoph Luxenberg menyatakan beberapapemikirannya yang mana baik dari kalangan orientalis sendiri maupun orang Muslim khusunya, menyangga hasil pemikirannya semantiknya itu terhadap Alquran. Luxenberg menyatakan bahwa syariat yang ada dalam Alquran merupakan jiplakan dari Yahudi dan Nasrani. Pemikirannya yang seperti ini tentu merupakan suatu bentuk pertentangan dengan pendapat orientalis lainnya. Denganpemikirannyatersebut, yang mana berlawanan dengan hasil pemikiran tokoh orientalis lainnya, dan pemikiran mereka merupakan sanggahan bagi Christoph.Beberapa pendapat tookoh yang menjadi sanggahan untuk pemikiran Christoph:
1. Dr. Tyler
Salah satu tokoh orientalis dari Jenewa, yang berpendapat bahwa “Alquranberbeda dengan kitab-kitab lainnya, didalamnya tidak saling bertentangan. Alquran mempunyaisanad, sehingga tidak ada keraguan sedikitpun dari lafal-lafalnya bahwa dari Allah SWT.[8]
2. Adian Husaini
Menyatakan bahwa Christoph ini dipandang sebagai ancaman terhadap kajian Alquran. Adian menguatkan pendapatnya ini dengan menyebutkan beberapa analisis menurut beberapa tokoh buku Christoph di JurnalHUGOYE, Journal of Syiriac Studies,Robbert R. Phenix Jr dan Corneli B. Horn, dariUniversityof St, Thomas, Summit Avue St, Paul, mencatat implikasi metode kajianfilologi yang dilakukan Christoph terhadap Alquran. Menurut mereka,“Anyfuture scientific study of the Qur’an will necessarily have totake this method into consideration. Even if scholars disagree with the conclusions, the philologicalmethod is robust.”
Adian juga berpendapat bahwa, apapun metodenya, kesimpulan kajiannya ini sebenarnya sama atau tidak jauh beda dengan para orientalis dan misionaris Kristen yang juga melakukan kajian yang serupa trhadap Alquran.Intinya, mereka menggugat Alquran sebagai “wahyu” yang diturunkan Allahkepada Nabi Muhammad Saw. bahwa Alquran itutanjil,suci, bebas dari kesalahan, sebagaimana yang telah ditegaskan dalam Alquran (Al Hijr ([15]: 9).
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa Christoph telah keliru dalam kajiannya. Letak kekeliruannya juga terdapat pada kesimpulannya yang yaitu tentang qiraat dalam Alquran menunjukkan bahwa bahasa Arab pada waktu itubelum mantep dan belum dipakai untuk bahsa tulis. Dan kitab gundul padawaktu itu menjadi salah satu sebabterjadinya perbedaan qira’at. Dari sini kekeliruannya sangatlah jelas, karena dia menyamakan qira’at dengan rasm,yang pada sebenanrnya jika melihat kitab klasik, baik yang berkaitan denganbahasa Arab secara umum maupun yang ada pada kitabUlumul Quran,akan ditemukan bahwa tulisan Arab mengalami perkembangan sepanjang sejarah.
Dia juga salah dalam memahami tulisan (rasm)Alquran. Ia menganggapbahwa perbedaan muncul karena tulisan gundul, tapi pada yang sebenarnya variasi telah ada sebelum dikodifikasiakannya Alquran, bahkan rasm atau tulisan Alquran itu telah disepakati dan dibuat sedemikian rupa agar dapat mewakili dan dapat menampung berbagai macam bacaan yang diterima.
3. Syamsuddin Arief
Memberikan sanggahan ilmiahnya terhadap teori Christoph, yang menunjukpada 3 asumsi keliru yang digunakannya.Pertama,Christph mengira bahwa Alquran yang dibaca berdasarkan tulisannyasehingga pembaca boleh seenaknya berspekulasi tentang suatu bacaan. Kedua,dia menganggap tulisan adalah segalanya, dan tulisan sebagai patokan, dan menhadu pada teks.Ketiga,dia menyatakan bahwa Alquran sama dengan bible, dimana pembaca bolehmengubah dan mengotak-atikteks yang dibaca. Ketiga asumsi ini digunakannya sebagai pondasi argumennya, tanpa membuktikan terlebih dahulu kebenarannya.
Persoalan tentang dituduhnya Alquran yang merupakan jiplakan dari orang nonmuslim, sudah disebutkan dalam Alquran, “Dan sesungguhnya Kamitelah mengtahui bahwa mereka berrkata:Sesungguhnya Alquran itudiajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).” Dan padasebenarnya, bahasa orang yang mereka tuduhkan adalah bahsa ‘ajam,sedangkan Alquran itu dalam bahsa Arab yang terang. (‘Arabiyyun Mubin) surat An Nahl [16]: 103.
Jika diperhatikan, Alquran memang banyak menyerap istilah yang sama dengan istilah yang digunakan agama sebeblumnya, bahkan istilah dalam tradiri Quraish. Misal, saum(puasa), haji, dll. Jika ditemukan banyak istilah atau terminologi dalam Alquran yang sama dengan istilah dalam bible atau tradisi sebelum Islam, itu tidaklah berarti bahwa Alquran merupakan jiplakan dari kitab agama lain, karena juga salah satu fungsi Alquran adalah sebagai“parameter” dan “korektor” terhadap penyimpangan terhadap kitabsebelumnya. Yang banyak mengingatkan penyimpangan dan perubahan pada kitab para Nabi.
Maka kesimpulan Christoph mengenai ketiga asumsinya itu bukan sesuatu hal yang bisa meruntuhkan kewibawaan mushaf Utsmani yangmemiliki kekuatan hujjah yang kuat sebagai wahyu Allah. Ketiga asumsinya itu menunjukkan adanya ketidakobektifan dengan apotik. Ketika seseorang ingin mengkritik, tidak boleh ada peluang untuk perasaan benci mempengaruhinya, apalagi dilandasi dengan egoism dan kepentingan sendiri yang sering dijadikan segalanya menjadi bias, tidak objektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Christoph Luxenberg adalah seorang warga dari Jerman yang berkebangsaan Lebanon dan penganut Kristen, yang mempunyai nama asli Ephraem Malki, yaitu seorang Dr. Phil. dalam bidang Arabustik. Dia adalah salah seorang Orientalisme kontemporer yang mengkaji tentang kebahasaan al-Qur’an. Dalam kajiannya, Luxenberg menggunakan pendekatan filologis mendekonstruksi mushaf Usmani. Alasan Luxenberg menggunakan Analisa filologi adalah karena adanya perbedaan qiraat (bacaan) dalam al-Qur’an.
Luxenberg mengklaim bahwa Bahasa al-Qur’an sebenarnya bukan dari Bahasa Arab, melainkan banyak dipengaruhi oleh Bahasa Syiriak-Aramaik.Setidaknya ada tiga pernyataan Luxenberg tentang Alquran, yaitu: 1. Bahasa Alquran itu sebenarnya bukan bahasa Arab. 2. Kosa-kata Alquran berasal dari Syro-Aramaik dan ajarannya pun diambil dari tradisi kitab suci Yahudi dan Kristen-Syiria. 3. Alquran yang ada tidak sahih, perlu ditinjau kembali dan diedit kembali.Pemikiran Luxenberg yang kedua adalah tentang ajaran Islam. Ia menganggapbahwa tradisi ajaran Alquran diambil dari kitab Yahudi dan Kristen-Syiria (Peshitta). Sehingga Alquran yang ada sekarang ini perlu direvisi karena terjadi banyak kesalahan makna dalam penafsirannya oleh para mufassir. Kamudian Luxenberg juga menyatakan bahwa syariat yang ada dalam Alquran merupakan jiplakan dari Yahudi dan Nasrani.
B. Kritik dan Saran
Dalam pembuatan makalah tersebut tentu penulis merasa masih banyak kekurangan dan mungkin kesalahan pada konten-konten yang termuat. Oleh karena itu, penulis berharap dengan sangat agar ada penyempurnaan berupa kritik maupun saran yang membangun. Semoga makalah diatas dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
(2018, Oktober 7). Retrieved from http://en.m.wikipedia.org/wiki/Christoph_Luxenberg
(2018, Oktober 7). Retrieved from http://books.google.co.id
Amal, T. A. (2011). Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an. Jakarta.
'Ula, H. (2018, Oktober 7). Problematika Kajian Linguistik Al Quran: Christoph Luxenberg. Retrieved from http://www.academia.edu/35524743/PROBLEMATIKA_KAJIAN_LINGUISTIK_AL_QURAN_CHRISTOPH_LUXENBERG
Yusuf, K. (2012). Orientalis dan Duplikasi Bahasa AlQuran (Telaah dan Sanggahan atas Karya Christoph Luxenberg. Hunafa, Vol 9.
[1]Khaeruddin Yusuf, Orientalis dan Duplikasi Bahasa AlQuran (Telaah dan Sanggahan atas Karya Christoph Luxenberg), Vol.9 (Diponegoro: Hunafa, 2012).
[2]Khaeruddin Yusuf, Orientalis dan Duplikasi Bahasa AlQuran (Telaah dan Sanggahan atas Karya Christoph Luxenberg), Vol.9 (Diponegoro: Hunafa, 2012), hal 152.
[3]http://en.m.wikipedia.org/wiki/Christoph_Luxenberg (Minggu 14 Oktober 2018, 11.23).
[4]http://books.google.co.id (Minggu, 14 Oktober 2018, 11.49)
[5]Himatil ‘Ula, Problematika Kajian Linguistik Al Quran: Christoph Luxenberg, http://www.academia.edu/35524743/PROBLEMATIKA_KAJIAN_LINGUISTIK_AL_QURAN_CHRISTOPH_LUXENBERG (diakses tanggal 14 Oktiber pukul 13.00).
[6]Khaeruddin Yusuf, Orientalis dan Duplikasi Bahasa AlQuran (Telaah dan Sanggahan atas Karya Christoph Luxenberg), Vol.9 (Diponegoro: Hunafa, 2012), hal 159
[7]Taufiq Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, (Jakarta: 2011), hal. 338-339.
[8]Khaeruddin Yusuf, Orientalis dan Duplikasi Bahasa AlQuran (Telaah dan Sanggahan atas Karya Christoph Luxenberg), Vol.9 (Diponegoro: Hunafa, 2012), hal 160
Post a Comment for "MAKALAH AL-QUR’AN DALAM PANDANGAN CHRISTOPH LUXENBERG"