Tarikh Nabi SAW
Materi
Pesantren Kilat Ramadhan Di SMP 3 Kuthowinangun.
1.
Tarikh Nabi Muhammad SAW
A. Pengertian
Secara bahasa, tarikh berasal dari arrikh-yuarrikhu-taarikha
yang berarti mengetahui kejadian dari kejadian dan penulisan dan penyusunan
peristiwa-peristiwa.
Sedangkan secara istilah tarikh berarti peristiwa-peristiwa dan kejadian yang dilalui
oleh suatu bangsa. Jika tarikh disambungkan dengan Islam maka ia berarti
peristiwa-peristiwa dan kejadian yang dilalui oleh ummat Islam.
B.
Urgensi
Mempelajari Tarikh Islam
Beberapa
ungkapan mungkin dapat menjelaskan hakikat ini. Sejarah
adalah ingatan suatu bangsa. Maka jika suatu bangsa tidak ingat masa
lalunya, ia ibarat orang gila yang tidak punya ingatan apa-apa.
Ungkapan lain mengatakan “Generasi akhir ummat ini tidak
akan sukses kecuali bercermin pada generasi awalnya”. Syaikh
Abu Hasan Ali An Nadawi mengatakan “suatu bangsa yang tidak
mengetahui masa lalunya, masa depannya akan suram”.
Mempelajari
sejarah para pendahulu adalah untuk i’tibar (mengambil pelajaran) sebagaimana
diungkapkan pada surat Yusuf ayat 111,
لَقَدۡ
كَانَ فِى قَصَصِہِمۡ عِبۡرَةٌ۬ لِّأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِۗ مَا كَانَ حَدِيثً۬ا
يُفۡتَرَىٰ وَلَـٰڪِن تَصۡدِيقَ ٱلَّذِى بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَتَفۡصِيلَ ڪُلِّ
شَىۡءٍ۬ وَهُدً۬ى وَرَحۡمَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬ يُؤۡمِنُونَ (١١١(
Artinya : "Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
C. Kisah Kelahiran dan Masa Kecil Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad
Saw. dilahirkan di Mekkah pada tahun 570 M, yaitu pada tahun yang sama ketika
Raja Abrahah dari Yaman melakukan penyerbuan ke Mekkah dengan maksud untuk
menghancurkan Kakbah. Tahun tersebut juga dinamakan sebagai Tahun Gajah karena
pasukan penyerang Raja Abrahah menggunakan gajah sebagai tunggangannya. Para
ulama menyepakati bahwa tanggal lahir Nabi Muhammad Saw. jatuh pada tanggal 12
Rabiul Awal.
Enam bulan
sebelum dilahirkan, ayah Nabi Muhammad Saw. yang bernama Abdullah wafat.
Setelah dilahirkan, sesuai dengan tradisi bangsa Quraisy pada masa itu,
Muhammad kecil kemudian diasuh dan disusui oleh Halimah binti Dzuaib
As-Sa’diyah hingga beliau berumur dua tahun.
Setelah selesai
masa pengasuhan Halimah, ibunda sang nabi, yaitu Aminah, kembali menjemput dan
membawa beliau ke Madinnah. Pengasuh nabi yang baru bernama Ummu Aiman.
Sayangnya, nabi kemudian menjadi seorang yatim piatu saat dirinya berusia 6
tahun setelah ibu Nabi Muhammad Saw. meninggal karena sakit.
Nabi kemudian
diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib hingga usianya 8 tahun. Sepeninggal
kakeknya, nabi dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib. Pada usia 9 tahun, nabi
sudah diajak berdagang oleh pamannya hingga ke negeri Syam (Suriah).
Ketika sedang
berada di kota Basrah, rombongan pedagang Abu Thalib berjumpa dengan pendeta
Nasrani yang bernama Buhaira. Pendeta tersebut lalu memberitahukan kepada Abu
Thalib bahwa keponakannya itu memiliki tanda-tanda kenabian. Buhaira berpesan
kepada Abu Thalib untuk senantiasa menjaga Muhammad, karena kelak, dia akan
menjadi rasul terakhir yang sudah ditakdirkan oleh Allah Swt.
D. Kisah
Pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah
Sejak usia
belia, Nabi Muhammad terkenal dengan julukan Al-Amin. Al-Amin artinya adalah
orang yang dapat dipercaya. Gelar ini diperoleh karena beliau selalu jujur
dalam berdagang. Beliau tidak pernah menutup-nutupi dagangannya yang rusak,
kondisi barang dagangannya selalu beliau tunjukkan kepada para pembelinya tanpa
berbohong.
Karena gelar
inilah, Khadijah binti Khuwailid yang merupakan seorang janda dan saudagar kaya
raya tertarik untuk mempekerjakan beliau. Khadijah kemudian mempercayakan
pengaturan bisnisnya kepada Nabi Muhammad Saw.. Khadijah sangat terkesan ketika
baginda nabi membawakan keuntungan berdagang yang berkali lipat jumlahnya.
Kedekatan di
antara keduanya kemudian terus berlanjut. Bukan hanya terkait masalah berniaga
saja, tetapi keduanya juga jatuh hati. Meskipun Khadijah merupakan seorang janda
berusia 40 tahun, Nabi Muhammad Saw. yang pada waktu itu berusia 25 tahun tidak
keberatan untuk menikahi Khadijah.
E. Kerasulan
dan Kisah Turunnya Wahyu Pertama
Menginjak usia
40 tahun, Muhammad ditetapkan oleh Allah Swt. sebagai seorang nabi dan rasul.
Hal ini ditandai dengan diturunkannya wahyu pertama oleh Allah Swt. lewat
perantara Malaikat Jibril ketika sang nabi sedang berada di Gua Hira.
Wahyu pertama
yang turun kepada nabi adalah surah Al-Alaq ayat 1-4 yang berbunyi:
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ (١ (خَلَقَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مِنۡ عَلَقٍ (٢( ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ (٣ (ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ (٤ (عَلَّمَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مَا لَمۡ
يَعۡلَمۡ (٥(
Artinys : “Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.”
Dengan turunya
wahyu tersebut, Muhammad telah resmi menjadi seorang nabi dan rasul. Maka dari
itu, beliau juga berkewajiban untuk berdakwah dan menyampaikan kebenaran dari
Allah Swt kepada seluruh umatnya.
Beliau kemudian
melakukan dakwah pertamanya secara sembunyi-sembunyi. Adapun orang-orang yang
pertama kali menjadi pengikut baginda Rasullah dalam dakwah secara
sembunyi-sembunyi ini adalah istri beliau, Khadijah, sahabat beliau, Abu Bakar
Al-Shiddiq dan Zaid bin Haritsah, pengasuh beliau, Ummu Aiman, keponakan
beliau, Ali bin Abu Thalib, dan seorang budak, Bilal bin Rabah. Orang-orang
yang pertama kali memeluk Islam ini juga sering disebut sebagai As-Sabiqun
al-Awwalun.
Setelah tiga
tahun menjalankan dakwah secara diam-diam, turun perintah dari Allah SWT lewat
surah Al-Hijr ayat 94 yang memerintahkan nabi untuk berdakwah secara
terang-terangan. Ayat tersebut berbunyi:
فَٱصۡدَعۡ بِمَا تُؤۡمَرُ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡمُشۡرِكِينَ (٩٤(
Arinya : “Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
F. Kisah Nabi
Muhammad Saw. Melakukan Isra Mi’raj dan Mendapat Perintah Salat
Peristiwa luar
biasa ini terjadi di tahun kesebelas kenabian Muhammad Saw.. Tahun ini juga
biasa disebut sebagai tahun kesedihan, karena pada tahun ini, Abu Thalib dan
Khadijah wafat.
Untuk menghibur
nabi Muhammad Saw. yang sedang bersedih, Allah kemudian mengutus malaikat
Jibril untuk mendampingi nabi melakukan perjalanan Isra Mi’raj. Isra adalah
perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, sedangkan Mi’raj
merupakan perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsa naik ke langit ketujuh. Di
langit ketujuh inilah, Rasulullah mendapatkan perintah salat 5 waktu yang wajib
dikerjakan oleh seluruh umat Islam.
G. Kisah Nabi
Muhammad Saw. Hijrah ke Madinnah
Akibat perlakuan
para penduduk Mekkah yang kasar terhadap para pemeluk Islam, timbullah gagasan
untuk hijrah. Hijrah ini juga sebagai langkah awal Rasulullah dalam
menyebarluaskan agama Islam ke seluruh jazirah Arab.
Umat Islam dari
kota Mekkah, termasuk Nabi Muhammad Saw. kemudian hijrah ke kota Yastrib pada
tahun 622 M. Kota tersebut kemudian dikenal sebagai Madinnah atau Madinatun
Nabi yang berarti Kota Nabi. Di Madinnah pula, Rasulullah mewujudkan sistem
pemerintahan Islam atau kekhalifahan.
H. Wafatnya
Nabi Muhammad SAW
Baginda Nabi
Muhammad Saw. wafat pada bulan Juni 632 M atau pada tanggal 12 Rabiul Awal
tahun 11 Hijriyah dalam usia 63 tahun karena sakit demam yang dideritanya.
Makam Nabi Muhammad Saw. saat ini dapat ditemukan di kompleks Masjid Nabawi,
Arab Saudi. Nabi Muhammad Saw. menjalankan masa dakwahnya selama kurang lebih
23 tahun.
I. Istri dan Keturunan
Nabi Muhammad SAW
Berikut adalah
nama-nama istri Nabi Muhammad SAW :
1. Khodijah binti Khuwalid RA,
2. Saudah binti Zamah RA,
3. Aisyah binti Abu Bakar RA
4. Hafsoh binti Umar bin Al-Khotob RA
5. Zainab binti Khuzaimah RA
6. Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah RA,
7. Zainab binti Jahsyi bin Royab RA,
8. Juwariyah binti Al-Harits RA,
9. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan RA
10. Shofiyyah binti Huyay bin Akhtob RA,
11. Maimunah binti Al- Harits RA ,
Nama anak-anak Nabi SAW
Hanya dari Khadijah
binti Khuwalid dan Mariah Al-Qabtiyya yang memberi beliau keturunan. Pernikahan
Nabi Muhammad saw dengan Khadijah dikaruniai tujuh orang anak, diantaranya tiga
putra (Al Qasim, Abdullah, dan Tayyib) yang meninggal dunia sewaktu masih kecil
dan empat putri (Zainab, Ruqayyah,Ummi Kaltsum, dan Fatimah). Sedangkan dari
pernikahan beliau dengan Mariah Al-Qabtiyya dikarunia seorang anak bernama
Ibrahim yang meninggal sewaktu masih kecil.
J. Mukjizat
Nabi Muhammad SAW
Mukjizat
terbesar dari Nabi Muhammad Saw. adalah Al Quran. Mukjizat lainnya yang
terdapat pada Nabi Muhammad adalah perjalanan Isra Mi’raj dan dapat membuat
bulan terbelah hanya dengan menggunakan jari tangannya saja. Mukjizat-mukjizat
ini tentu saja wajib kita percayai sebagai umat Islam.
Perintah puasa
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ
ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
(١٨٣(
Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”:
Sejarah puasa
sudah dimulai sejak manusia diciptakan. Sejarah puasa itu bermula dari Nabi
Adam a.s. sampai dengan akhirnya Allah mewajibkan puasa Ramadan bagi umat
Islam. Seperti saat ini umat Islam baru menjalankan ibadah puasa Ramadan.
Ibadah puasa Ramadan merupakan ibadah wajib yang harus dijalankan oleh umat
Islam. Ibadah puasa Ramadan memiliki tujuan untuk meningkatkan ketakwaan
terhadap Allah Swt., membersihkan jiwa serta mensucikan diri dari perbuatan
yang dimurkai Allah. selain itu puasa juga menyempitkan jalannya setan masuk
ketubuh manusia, sebagaimana yang telah diseutkan didalam hadis Nabi,
“Wahai para pemuda
siapa saja diantara kamu yang sudah mampu maka menikahlah dan siapa yang belum
mampu maka berpuasalah sesunguhnya didalam puasa itu merupakan penawar (penekan
nafsu syahwat),” (H.R. Bukhari Muslim).
Sejarah Puasa Umat
Terdahulu
Puasa merupakan
ibadah yang sangat tua. Ibadah puasa telah ada seiring dengan diciptakannya
manusia oleh Allah Swt. Sebagaimana kita tahu, Nabi Adam a.s. diturunkan ke
dunia karena sebelumnya telah melanggar perintah Allah untuk tidak mendekati
pohon terlarang. Namun, setan terus membujuk Nabi Adam a.s. dan istrinya,
hingga akhirnya mereka tergoda untuk memetik pohon terlarang itu.
Setelah itu, Nabi
Adam merasa sangat berdosa. Untuk menebus rasa bersalahnya, Nabi Adam melakukan
puasa selama tiga hari setiap bulan. Puasa Nabi Adam itu terkenal dengan puasa
hari putih yang juga merupakan sunah untuk dikerjakan setiap tanggal 13, 14,
dan 15 setiap bulannya.
Selain Nabi Adam, Nabi Daud a.s. juga melaksanakan puasa. Bahkan jangka
waktu puasa Nabi Daud as cukup lama. Yakni selama satu tahun dengan aturan satu
hari berpuasa, satu hari tidak. Total puasa yang dilaksanakan Nabi Daud a.s.
adalah setengah tahun.
Selain Nabi Adam dan Nabi Daud, umat Yahudi juga memiliki kewajiban untuk
berpuasa selama 40 hari. Sedangkan umat Nabi Isa a.s. memiliki kewajiban puasa
selama 50 hari. Hanya saja kemudian mereka merubah waktu puasa sesuai keinginan
mereka sendiri. Jika waktu berpuasa jatuh pada musim panas, mereka menundanya
hingga musim semi. Hal ini dilakukan semata demi mendapatkan kemudahan untuk
beribadah. Hingga kemudian Allah menegur kebiasaan ini dalam Surat at-Taubah:
37 :
إِنَّمَا ٱلنَّسِىٓءُ زِيَادَةٌ۬ فِى ٱلۡڪُفۡرِۖ
يُضَلُّ بِهِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُحِلُّونَهُ ۥ عَامً۬ا وَيُحَرِّمُونَهُ ۥ
عَامً۬ا لِّيُوَاطِـُٔواْ عِدَّةَ مَا حَرَّمَ ٱللَّهُ فَيُحِلُّواْ مَا حَرَّمَ
ٱللَّهُۚ زُيِّنَ لَهُمۡ سُوٓءُ أَعۡمَـٰلِهِمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِى
ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡڪَـٰفِرِينَ (٣٧(
Artinya : “Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah
menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan
itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun
yang lain, agar mereka dapat mensesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya
maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah .”
Pada masa permulaan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., beliau
selalu melaksanakan puasa selama 3 hari setiap bulannya sebagaimana diwajibkan
dari masa Nabi Nuh a.s. Selain itu, Rasulullah juga selalu melaksanakan puasa
‘Asyuro yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Perubahan kewajiban puasa terjadi
saat Rasulullah hijrah ke Madinah.
Hal ini sesuai dengan perintah Allah Swt.
yang mewajibkan puasa, dengan firman-Nya :
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ
ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
(١٨٣(
Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”:
Ketika diturunkan ayat ini, maka siapa yang berhendak puasa maka mereka
puasa, dan bagi yang tidak berkehendak maka cukup memberi makan kepada orang
miskin. Puasa yang dilakukan para sahabat bukanlah sebuah kewajiban fardhu
‘ain, namun semacam pilihan kewajiban diantara dua pilihan.
Kemudian Allah menurunkan ayat selanjutnya (Q.S. al-Baqarah: 185) yang
berbunyi :
شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ
فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ
وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَہِدَ مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ وَمَن ڪَانَ
مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬ فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ
بِڪُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِڪُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُڪۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ
وَلِتُڪَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡ وَلَعَلَّڪُمۡ تَشۡكُرُونَ (١٨٥(
Artinya : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur,”
Dengan ayat itu maka Allah mewajibkan berpuasa bagi yang sehat (tidak
sakit) dan muqim (tidak dalam perjalanan), dan Allah memberikan keringanan
kepada orang yang sakit dan dalam perjalanan, dan membayar fidyah bagi orang
tua lanjut usia yang tidak mampu lagi berpuasa. Inilah perubahan dalam sejarah
puasa Ramadan.
#dari berbagai sumber
Post a Comment for "Tarikh Nabi SAW"