MAKALAH RETORIKA DAKWAH BIL QALAM
MAKALAH RETORIKA DAKWAH BIL QALAM
“ Makalah ini di buat guna memenuhi tugas individu pada semester III “
Dosen pembimbing :
SHOHIBUL ADIB
Disusun oleh :
ALI BURHANUDIN
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM III
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDATUL ULAMA KEBUMEN
2017/2018
DATAR ISI
DATAR ISI. 2
KATA PENGANTAR.. 3
BAB I. 5
PENDAHULUAN.. 5
BAB II. 6
PEMBAHASAN.. 6
A. Pengertian Dakwah Bil Qalam.. 6
B. Langkah Dan Fungsi Dakwah Bil Qalam.. 7
Alkhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada saya, sehingga saya dapat menyusun makalah ini guna untuk memenuhi tugas perkuliahan saya sebagai mahasiswa. Tidak lupa sholawat dan salam yang senantiasa saya curahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW yang saya nanti-nantikan syafa’atnya besok di hari kiamat. Pertama saya ucapkan terimakasih kepada Bpk. Shohibul Adib selaku dosen pembinbing mata kuliah Metodologi Dakwah, atas bimbingan dan ilmu yang telah beliau berikan kepada saya, saya harap semoga ilmu yang beliau berikan dapat bermanfaat untuk saya dan teman-teman. Kuedua saya sebagai penyusun makaah ini tentunya masih banyak kekurangan yang itu semata dari diri saya sendiri, untuk itu saya sangat berharap kepada teman-teman pembaca atas kritik dan sarannya kebada saya, supaya kita dapat belajar bersama atas kekurangan itu, dan yang kesekian kalinya saya ucapkan terimakasih.
Dakwah islam adalah suatu istilah yang dipahami sebagai aktivitas penyampaian pesan ilahiah kepada umat manusia khususnya kaum muslim, di dalam dakwah islam terjadi sebuah proses penyampaian ajaran agama, baik yang bersifat larangan maupun bersifat perintah dan anjuran dari sang pencipta.
Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai agama, yang cennderung membuat agama menjadi tidak berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai bidang. Tentu saja keadaan seperti ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk memberikan suatu peradaban alternatif yang benar dan dituntut oleh setiap perubahan sosial yang terjadi.
Melihat penomena di atas kita khususnya umat islam dilanda keperhatian yang dapat merusak moral keimanan sehingga mau tidak mau kita harus mencari solusi yang terbaik dan dikehendaki oleh islam yaitu melaksanakan dakwah secara efektif dan efisien. Karena islam adalah agama dakwah yang selalu mendorong umatnya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maka maju mundurnya umat islam sangat tergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah, oleh sebab itu kita khususnya para da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan hanya menganggap bahwa dakwah dalam frame” AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR “.
Dakwah secara etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a-yad’u-da’awatan yang artinya mengajak, menyeru, memenggil. Sedangkan orang yang menyampaikan dakwah tersebut di kenal dengan sebutan da’i yang artinya menyeru. Sedangkan pengertian qalam secara etimoogis, berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari kata aqlam yang berarti qalam itu adalah sebuah pena atau penulis. Di dalam pengertian lain dakwah bil qalam juga di artikan segala macam alat tulis menulis hingga mesin-mesin tulis dan cetak yang canggih seperti zaman sekarang ini.
Al-Qurtubi menyatakan bahwa qalam adalah suatu penjelasan sebagaimana lidah dan qalam yang di pakai untuk menulis (oleh Allah swt) baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Jadi penjeasan Al-Qurtubi menunjukkan bahwa qalam adalah sebuah alat untuk merangkai tulisan, lalu berkembang menjadi alat cetak mencetak. Al-Shubuni mengungkapkan bahwa qalam adalah pena untuk menuis, alat untuk mencatat berbagai ilmu dari ilmu yang ada di dalam kitab Allah swt, hingga apa yang menjadi pengalaman manusia dari masa ke masa. Penjelasan Al-Qurtubi sama dengan apa yang di sampaikan oleh Imam Asy-Syaukani dalam kitab Fath al-qadir, bahwa al-qalam menunjukan kepada alat yang di gunakan untuk menulis, dan menurut sebagian besar para ulama al-qalam adalah apa yang tertulis di lauh mahudz.
Mengacu pada arti qalam sebagai tulisan, dakwah bil qalam bisa diidentikkan dengan istiah dahwa bil khitabah. Qalam berarti pena, memiliki konotasi lebih aktif karena sebagai alat, sedangkan khitabah berarti tuisan, berkonotasi pasif karena tulisan merupakan sebuah produk dari pena.
Mengingat kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah menyebar seluas-luasnya, maka dakwah bil qalam mutlak di manfaatkan oleh kemajuan teknologi informasi.
Adapun langkah-langkah menjadi pendakwah melalui dakwah bil qalam, antara lain :
1. Menambah wawasan dengan cara membaca buku, majalah, mencari ide dari orang lain, berdiskisi dengan semua kalangan umat.
2. Mengamati realitas dan terlibat langsung. Beberapa alternatif untuk menjalankan hal ini diantaranya: terjun didalam kancah aktivitas tertentu, peka terhadap kejadian didepan mata, sengaja datang ke pusat kegiatan manusia sebagai pengamat.
3. Melakukan aktivitas selingan. Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan antara lain: melakukan aktivitas yang menyenangkan dengan keluarga, melakukan aktivitas lain dibidang penulisan dan mencari suasana baru.
4. Mengintensifkan perilaku ibadah. Dalam hal ini kegiatan yang relevan untuk dilaksanakan yaitu: selalu percaya bahwa ide berasal dari Allah, melakukan salat malam, dan berpuasa.
5. Berpikiran dan berperilaku bersih. Teknik ini dilakukan dengan berpikir positif, keikhlasan dan menjaga diri dari perusak keikhlasan, serta sopan santun terhadap orang lain.
Selain cara dakwah bil qalam juga memiliki fungsi yang berbeda dengan dakwah bil lisan maupun bila hal. Hartono A. Jaiz menjelaskan fungsi dakwah bil qalam dalam tiga hal, diantaranya:
1. Melayani kebutuhan masyarakat akan informasi Islam. informasi Islam yang dimakud disini adalah informasi yang bersumber dari al-Quran dan Hadits.
2. Berupaya mewujudkan atau menjelaskan seruan al-Quran secara cermat melalui berbagai media cetak untuk mengemabalikannya kepada fikrah dan keuniversalannya serta menyajikan prosuk-produk Islam yang elaras dengan pemikiran.
3. Menghidupkan dialog-dialog bernuansa pemikiran, politik, budaya, sosial, dan lain-lain.
Dai sebagai subjek dakwah merupakan pelaku dari kegiatan dakwah itu sendiri. Dai melaksanakan dakwah baik melalui lisan, tulisan maupun dengan perbuatan sebagai teladan bagi mad’u. dai dapat dilakukan oleh satu orang, kelompok, maupun melalui organisasi-orgaisasi keagamaan.
Peran dai sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah berkaitan dengan empat potensi. Empat potensi ini bisa dijadikan dasar untuk berjuang menyiarkan agama Islam, yaitu shiddīq, amanah, fatanah, dan tablīgh. Potensi ini merupakan perpaduan aspek etika dan keahlian. Seorang dai dituntut memiliki sifat shiddīq (kejujuran), amanah (dipercaya), selain itu juga harus bersifat tablīgh (memiliki keahlian komunikasi), serta fatanah (cerdas)
Dai juga harus mampu menjadi penggerak yang profesional. Di samping profesional, kesiapan subjek dakwah baik penguasaan terhadap materi, metode, media dan psikologi sangat menentukan aktifitas dakwah mencapai keberhasilannya. Profesional dapat diartikan suatu kegiatan atau pekerjaan berdasarkan keahlian dan kualitas, dengan kata lain pekerjaan yang sesuai bidangnya. Keahlian dan kualitas seseorang biasanya diperoleh dari pendidikan dan pelatihan khusus. Pekerjaan itu menyita waktu dan menjadi tumpuan sumber kehidupan sekaligus mempertahankan reputasi, disertai dengan keilmuan dan ketrampilan yang memadai, maka pekerjaan itu termasuk profesi, pelakunya disebut profesional.
Terdapat lima peranan yang dapat dimainkan oleh dai penulis, sebagaimana yang disebutkan oleh Romli dalam buku Jurnalistik Dakwah. Antara lain: sebagai muaddib, musaddid, mujadid, muwahid, dan mujahid. Peranan ini sama halnya dengan tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan dakwah bil qalam, adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Muaddib (sebagai pendidik), yaitu melaksanakan fungsi edukasi yang Islami. Melalui dakwah bil qalam, dai mendidik umat Islam agar melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu juga mencegah umat Islam dari perilaku menyimpang dari Syariat Islam, juga melindungi umat dari pengaruh buruk media massa anti Islam.
2. Musaddid (sebagai pelurus informasi). Terdapat tiga hal yang harus diluruskan dai melalui dakwah bil qalam. Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua, informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, penulis muslim dituntut mampu menggali tentang kondisi umat Islam di berbagai penjuru dunia, sehingga informasi tentang Islam dan umatnya tidak manipulatif dan memojokkan Islam. Di sini penulis muslim harus berusaha mengikis fobia Islam, yang memperlihatkan wajah Islam yang tidak humanis menjadi lebih humanis.
3. Mujadid (sebagai pembaharu), yakni penyebar paham pembaharuan akan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam (reformisme Islam).
4. Muwahid (sebagai pemersatu), yaitu menjadi penjembatan yang mempersatukan umat Islam.
5. Mujahid (sebagai pejuang), yaitu pejuang dan pembela Islam. Penulis berusaha membentuk pendapat umum yang mendorong penegakan syiar Islam, mempromosikan citra Islam yang positif dan raḥmah li al- ’alamin, serta menanamkan rūḥ al-jihād di kalangan umat.
Pada dasarnya dakwah merupakan proses komunikasi dalam rangka mengambangkan agama Islam, dalam pengertian mengajak orang untuk menganut agama Islam. Istilah mengajak tersebut terkandung makna mempengaruhi orang lain agar mereka mau dan mampu mengubah sikap, sifat, pendapat dan perilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki orang yang mengajaknya. Dalam konteks dakwah, dai akan selalu berusaha mempengaruhi mad’unya, begitu sebaliknya mad’u juga memiliki kesempatan untuk mempengaruhi dai. Keadaaan saling mempengaruhi akan berjalan terus sampai kedua pihak (dai dan mad’u) merasakan telah memiliki pesan yang sama. Para dai akan selalu berusaha memenangkan pengaruhnya. Lebih lanjut, Kustadi Suhandang menjelaskan unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam dakwah Islamiyah, diantaranya:
1. Sumber komunikasi, merupakan segala hal yang menjadi dasar atau latar belakang masalah ataupun pokok pembicaraan, baik berupa data, fakta, meupun fenomena yang terjadi di alam. Para dai mempunyai sumber komunikasi yang tertera dalam Al Quran dan al-Hadits. kemudian atas inisiatifnya dibuatlah pesan dakwah yang disampaikan kepada umat manusia.
2. Komunikator, dai disebut sebagai komunikator karena mereka adalah unsur yang berusaha mengkomunikasikan pesan.
3. Pesan komunikasi, dalam kegiatan dakwah pesan komunikasinya adalah ajaran Islam, berupa akidah, ibada, muamalah, dan akhlak yang diajarkan Allah dalam al-Quran melalui Rasul-Nya. Pesan yang disampaikan dapat berupa pesan verbal (bil lisan, bil qalam) maupun pesan non verbal (bil hal).
4. Media komunikasi, karena sifatnya yang netral, media komunikasi apapun, baik antar personal maupun massa bisa dipakai untuk menyampaikan pesan dakwah itu. Bahkan lebih luas lagi seperti mimbar khutbah atau ceramah, tulisan atau buku-buku, seni bahasa, dan seni suara bisa dijadikan media mengkomunikasikan pesan dakwah.
5. Komunikan, merupakan pihak yang didatangi pesan komunikasi atau pihak yang menerima pesan komunikasi sebagai sasaran komunikasi untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini, pihak penerima pesan komunikasi adalah orang- orang yang dijadikan sasaran oleh komunikator, sasaran penyampaian pesan komunikasinya. Demikian pula halnya dengan sasaran dakwah, pada dasarnya merupakan komunikan dari kegiatan dakwah itu yang lazimnya disebut mad’u.
6. Tujuan, tujuan komunikasi dalam dakwah digariskan sebagai titik tuju dakwah Islamiyah, yaitu memberi pengertian kepada umat manusia agar mengambil segala ajaran Allah SWT yang tertkandung dalam al-Quran sebagai jalan hidupnya. Dalam dakwah terkandung upaya mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilaku umat kearah yang Islami. Adapun upaya untuk mengubah sikap, sifat dan perilaku merupakan prinsip dari tujuan utama komunikasi.
7. Akibat, pada prinsipnya akibat yang diharapkan dalam dakwah Islamiyah adalah terwujudnya umat yang berjalan di atas jalan Allah (fi sabilillah). Menurut pandangan komunikasi, akibat-akibat yang diinginkan adalah perubahan sikap, sifat, dan perilaku. Perubahan tersebut dalam keilmuan komunikasi disebut feed back. Jika feed back dakwah Islamiyah tersebut sesuai dengan tujuannya maka kegiatan dakwah tersebut dapat dikatakan berhasil.
Buku dapat didefinisikan sebagai sejumlah pesan tertulis yang memungkinkan memuat banyak pesan dan memiliki arti bagi masyarakat luas, direncanakan untuk pengetahuan publik tentang sesuatu serta direkam dalam bahan yang tidak mudah rusak dan mudah dibawa. Tujuan utamanya memberi penerangan, penyajikan dan menjelaskan, serta mengabadikan sesuatu dan memindahkan pengetahuan dan informasi di tengah masyarakat dengan memerhatikan kemudahan dan penampilan. Pada awal perkembangannya, buku tidak lebih dari suatu lembaran panjang yang pada kedua ujungnya dipasang kayu kecil, yang memungkinkan lembaran itu dapat dengan mudah dibuka dan digulung. Naskah panjang itu memuat pesan-pesan penulisnya yang ditulis secara bersambung, tanpa terpotong-potong oleh batas halaman seperti dalam bentuknya yang kita lihat sekarang. Meskipun dari segi panjang dan lebarnya lebaran itu sangat bervariasi—seperti halnya juga buku yang memiliki jumlah halaman yang berbeda-beda—pada umumnya manuskrip itu dibuat dalam satu gulungan. Lalu, ia berkembang hingga dalam bentukannya seperti yang kini bisa kita nikmati. Pada era 1980-an, di Indonesia, buku-buku Islam.
Menjadi barang yang diburu masyarakat pembaca. Pesan-pesan Islam disajikan dalam ramuan halaman buku yang lebih menarik. Buku sejarah nabi, misalnya, disajikan dalam bentuk buku cerita bergambar sehingga memiliki daya tarik yang lebih besar khususnya bagi anak-anak. Pesan-pesan Islam yang biasanya disampaikan melalui mimbar di masjid, kini dapat disajikan dalam lemabaran buku yang lebih menarik. Adapun kelebihan buku sebagai media dakwah dari segi efektivitas dalam menyebarluaskan pengetahuan, opini, dan pikiran secara transnasional dan transgenerasi tidak diragukan lagi. Bagaimana ajaran Ikhwanul Muslimin dapat menyebar ke berbagai dunia Islam, tokoh-tohoh revolusi Iran, seperti Ali Shariati, Khomeini, serta Murtadha Muthahhari demikian akrab dengan mahasisiwa, sebagaimana mereka juga akrab dengan Max Weber dan Durkheim. Serta pemikir-pemikir masa lalu lainnya dari berbagai belahan dunia dapat dibaca pada saat ini. Maka dari itu, dalam konteks komunikasi Islam, produksi buku menjadi pilihan guna penyebarluasan dakwah ila Allah dan amar ma’ruf nahi munkar.
Lembaga-lembaga penerbitan dan penulisan buku menjadi pilihan yang harus digalakkan, sebab buku lebihmemiliki “wibawa” dibandingkan penerbitan lainnya di mata pembacanya. Di kalangan muslim Indonesia masih banyak yang beranggapan bahwa pengetahuan itu dari “kitab”, bukan dari majalah atau koran. Dengan demikian,“wibawa” buku tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya perubahan dan pembangunan. Dalam waktu dua puluh tahun ke depan dapat dipastikan bahwa pembaca khazanah keislaman akan lebih banyak dan berakibat pada tatanan kehidupan dan keislaman. Ini akan berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang lebih banyak meminta bayaran untuk mengakses jurnal dan perpustakaannya.
Pada awal perkembangannya, buku tidak lebih dari suatu lembaran panjang yang pada kedua ujungnya dipasang kayu kecil yang memungkinkan lembaran itu dapat digulung. Naskah panjang itu memuat pesan-pesan penulisnya yang ditulis secara bersambung tanpa terpotong-potong leh batasan halaman seperti dalam bentuknya yang kita lihaat sekarang. Lalu ia berkembang hingga dalam bentuknya seperti kini bisa kita nikmati. Di amerika perusahaan penerbitan buku mulai berkembang berbarengan dengan penemuan dan pertumbuhan industri mesin cetak. Sejak saat itu penerbitan buku mulai berkembang hingga menjadi bahan bacaan yang dinikmati masyarakat.
Efek media buku pertama kali teramati dan muncul ke permukaan sejak terbitnya dime novel (novel picisan) karya E.F. Beadle yang kemudian hari menjadi sangat ppuler pada akhir abad 19. Sedangkan buku yang ada seperti sekarang ini dipelopori leh John Jakes lewat karyanya American Bicentennial Series (seri dua abad amerika). Jurnalistik buku kini telah menempati posisi penting sebagai sumber informasi, mulai dari hiburan, ketrampilan praktis, hingga yang bersifat ilmiah.
Buku merupakan sifat yang paling tidak “masal” dari media massa dalam menjangkau khalayak dan besarnya industri itu sendiri, dan fakta ini membentuk hubungan antara media dan khalayak. Rumah penerbitan, baik besar maupun kecil menghasilkan pembaca yang sempit atau luas yang membeli dan membawa buku secara individual. Hubungan lebih langsung antara penerbit dan pembaca buku menjadikan buku memiliki fundamental berbeda dari media massa lainnya. Misalnya, buku tidak tergantung dari media massa lain yang menarik khalayak sebesar mungkin, buku lebih mampu dan lebih mungkin untuk menetaskan yang baru, menantang, atau gagasan tidak populer. Sebagai media yang tidak bergantung pada dukungan iklan, buku dapat ditujukan pada kelompok-kelompok pembaca yang sangat kecil, menentang mereka dan imajinasi mereka dengan cara yang tidak dapat diterima para sponsor pada media massa berbasis iklan. Karena buku-buku yang diproduksi dan dijual sebagai unit individu- sebagai kebalikan dari program televisi tunggal yang secara bersamaan didistribusikan kepada jutaan khalayak atau satu edisi dari sirkulasi massa surat kabar- banyak “suara” dapat masuk dan bertahan dalam industri ini. Media ini dapat mempertahankan lebih banyak suara dalam forum budaya dari media massa tradisional lainnya. Sebagai mantan kepala Perpustakaan Umum New York, Vartan Gregorian menjelaskan kepada wartawan Bill Moyers ketika diantara buku-buku, “Tiba-tiba Anda merasa rendah hati. Seluruh dunia ada di depan Anda. Ini dia, usaha manusia, aspirasi manusia, penderitaan manusia, ekstasi manusia, bravura manusia, kegagalan manusia, semua di hadapan Anda.”
Industri buku terikat oleh banyak tekanan keuangan dan industri yang sama yang membatasi media lainnya, tetapi lebih dari yang lain, buku-buku berada pada posisi yang dapat mengatasi kendala tersebut. Dalam, pimpinan dari Montag, Kapten Beatty menjelaskan mengapa semua buku harus dibakar. “Suatu waktu”, katanya kepada bawahannya yang resah, “buku-buku menarik bagi beberapa orang, di sini, di sana, di mana-mana. Mereka mampu menjadi berbeda. Dunia itu luas. Akan tetapi, kemudian dunia dipenuhi dengan mata dan siku dan mulut”. Petugas pemadam kebakaran Bradbury yang menghancurkan buku-buku di masa depan justru dikarenakan mereka berbeda. Ini adalah perbedaan mereka dari media massa lainnya yang membuat buku-buku menjadi unik dalam budaya kita. Meskipun semua media melayani fungsi budaya berikut ini untuk tingkat tertentu (misalnya, orang yang menggunakan video self-help untuk pengembangan pribadi dan musik populer kadang-kadang merupakan agen perubahan sosial), buku-buku tradisional telah dilihat sebagai kekuatan budaya yang kuat untuk alasan ini:
1. Buku adalah perubahan sosial dan budaya. Bebas dari kebutuhan untuk menghasilkan sirkulasi massa bagi pengiklan, luar biasa, kontroversial, bahkan ide revolusioner agar mencapai publik.
2. Buku merupakan gudang budaya penting.
3. Buku adalah jendela kita pada masa lalu.
4. Buku merupakan sumber penting dari pengembangan pribadi. Buku yang paling jelas adalah buku self-help dan perbaikan pribadi. Namun, buku juga berbicara kepada kita lebih individual dari pengiklan-disukung media karena mereka kecil, berfokus pada target pasar.
5. Buku adalah sumber indah bagi hiburan, tempat melarikan diri, dan reflesi pribadi. Arthur C, Clarke, John Grisham, Judith Krantz, dan Stephen King adalah spesialisasi dalam menulis novel yang sangat menghibur dan imajinatif.
6. Buku cenderung mendorong refleksi pribadi ke tingkat lebih tinggi daripada media-media lainnya
7. Buku adalah cermin budaya. Buku menjadi refleksi budaya dari sebuah tempat yang memproduksi dan mengonsumsi mereka
Komunikasi massa mempunyai fungsi dalam mayarakat. Menurut Dominick fungsi komunikai Massa terdiri dari: surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan enterteinment (hiburan). Sedangkan Karlinah dalam Karlinah, menyebutkan fungsi komunikasi massa:
Media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalyak. Karena sebagai mahluk sosial, khalayak akan selalu merasa haus akan informasi tentang segala yang terjadi disekitarnya.
Media massa merupakan pendidikan bagi khalayaknya. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melaui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca.
Fungsi ini dalam media massa terkandung pada tajuk, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak trpengaruh oleh pesan-pesan yang terdapat didalam tulisan atau program tersebut sehinga tanpa sadar melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan media tersebut. 66
Untuk menambah wawasan, manusai membutuhkan komunikasi dengan menusia lainnya. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuan dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia memahami betapa besar ketergantungan manusia terhadap komunikasi, karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya.
Setiap manusia berusaha menyesuaikan diri dengan dunianya untuk dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu dalam berhubungan dengan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan diantara komunikator dan komunikan.
Manipulasi dalam pembahasan ini bukan diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi lingkungan yang berusaha untuk mempengaruhi. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi dingunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.
Dari pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dakwah bil qolam merupakan sebuah cara untuk mengajak manusia ke jalan Alloh SWT, melalui seni tulisan dengan cara yang bijaksana.
Post a Comment for "MAKALAH RETORIKA DAKWAH BIL QALAM"