Pertemuan dan perpisahan, adalah jawaban dari doa
Oleh : @elrosyadi296
Aku mau bercerita sedikit, sedikit sekali.
Dulu,
Sebelum kamu, sebelum aku bertemu dan berpisah dengan kamu, tepatnya. Aku
pernah suka kepada seseorang. Iya, suka, hanya sebatas itu, juga tak pernah ku
ungkapkan. Sekarang, ? lenyap.
Tapi dalam yang terasa aneh dalam benak ku, tak ada rasa cemburu, tak ada
rasa kehilangan saat aku berpisah dengannnya.
Hingga aku pun penasaran dengan yang rasa cemburu, dan kehilangan.
Waktupun berlalu, tak mau berhenti sedetikpun.
Hingga pada suatu waktu aku bertemu dengan kamu [siapa, ? entah. Aneh].
Awalnya aku cuek, bahkan sadis, mungkin.
Sampai mantra “witing tresno, jalaran soko kulino” itu bereaksi pada
diriku. Waktu dan waktu berotasi dengan cepat berlumuran mantra itu, indah
memang.
Dan sampai suatu ketika, aku tersadar dan terbebas dari mantra itu, aku ini
hanya, sebatas teman [tak lebih].
Rasa yang teridentifikasi sebagai cemburu pun mulai menjalar ke seluruh
urat syaraf.[ Kamu telah dengan yang lain.] Namun, rasa cemburu tak bertahan
lama, akhirnya melemah dengan sendirinya. Oh, bukan melemah, hanya bersembunyi.
Yang terkadang bisa kumat sewaktu-waktu.
Hari hari berjalan begitu lama, rasanya. Aku pun bertahan, dengan rasa
untukmu. [Kenapa ?]. mencoba mempertahankan [sampai saat ini]. Hingga suatu
yang besar pun terjadi. Perpisahan.
Saat suatu ketika ku termenung dalam keheningan, ikiran ku mengajukan suatu
memori.
Apa ini yang di sebut cemburu, jawabannya.
Apa ini yang di sebut perpisahan, jawabannya.
è
Di basecamp USADA, 21/05/2018