Cerita pendek (banget)
Cerita pendek
(banget)
Prolog : entah mengapa gue suka nyorat-nyoret kertas pas gue
bosen ngawasin anak2 lagi tes. Lo Tanya aja ama anak2 yang gue awasin. Dan dari
pada ague nyorat nyoret nggak jelas. Gue kadang buat cerita pendek (banget).
Bangun
kesiangan, Hakim.
Hakim mengucek matanya, dan melirik ke jam tangan yang
melingkar di pergelangan tangannya.
“astaghfirulloh, udah jam 4, gue belom saur juga…” hakim
yang baru bangun tidur langsung terkejurt melihat sudah jam 4 pagi.
Tanpa pikir panjang dia langsung ambil piring, 1 cepon nasi
dan lauknya. Baru saja beberapa lahapan, si
Satibi dating, dengan mengagetkan.
“ woi, masih enak aja Lo makan”
Hakim yang lagi mengunyah makanan nlangsung tersedaak, dan
mau ambil air buat minum, namun naas, airnya di tipuk sama Satibi dan tumpah.
“eii, Lo gila ya, Lo pengin gue mati tersedak nasi..” Hakim
jengkel
“eits, bukan gitu bro,. Lo liat jam donk, udah jam 5 pagi
Lo masih makan dengan enaknya. Ni liat” Satibi memperlihatkan jamnya.
Hakim pun Cuma mlongo menahan haus…
-tamat-
Jurus Kentut, Arul.
Waktu sahur
adalah waktu buat isi tenaga untuk puasa seharian. Tapi kalo nggak hati2 alias
makanan apa aja masuk, bisa menyebabkan mules bin mencret. Arul, misalnya,
makan tak melihat perutnya yang sudah over load, masih makan dan dia nggak tau
kalo udah kebanyakan makan saos.
Pagi hari,
waktunya tes matematika. Baru saja waktu berjalan 10 menitan, badan Arul udah
mandi keringat menahan pusing dan mules. Adit yang duduk disebelahnya merasa
risih dengan kondisi Arul yang penuh keringat.
“kenapa sih Lo
rul..?”
“gue mules,
Dit”
“ya udah sono,
ke WC”
“iya deh, gue
udah nggak tahan”
Arul pun
meminta izin ke WC, 1 kali, 2 kali. Untuk ketiga kalinya ia memilih bertahan di
tempat duduk. Namun naas, perut Arul nggak mau di ajak kompromi, dan tak
tertahankan, wal hasil.
“mmmproooottt”
Adit yang
duduk disebelahnya, sontak kaget.
“iih, ngapain
sih Lo Rul, buang saos pecel basi disini”
Satu kelaspun
langsung tutup hidung sambil cekikikan.
Anton dan danau toba
Hari ini
adalah tes PKN, tes pun berjalan. Baru berjalan 5 menitan, mata Anton udah keyip-keyip
kya bohlam 5 watt-an, dan akhirnya, gelap.
…..
“cemen Lo,
masa berenang di laut aja, nggak berani Lo” ledek Zuhri pada Anton.
“bukannya gue
nggak berani, Cuma gue takut kelelep” sanggah Anton.
“yee, same aje
bego”
Zuhri yang
mersa belom puas ngeledek Anton, ia pun mengambil sandal milik Anton, dengan
tujuan Anton mau mengejarnya. Rencananya pun dijalankan, Antojn pun mengejar
Zuhri, baru beberpa langkah berlari, Anton tersiram ombak.
“aaaaaa…………”
……..
Gubraaaakkkk..!
Semua anak fokus
pada Anton, Aris yang bnerada tepat di belakangnya, pun nyeletuk,
“ngapain Lo
Ton, di kolong meja”
Anton tidak
menjawab apa2, ia masih di sibukkan buat ngumpulin nyawa. Zuhri yang duduk
tepat disampingnya, ikutan nyeletuk
“Ton, Lo
ngerjain soal seni budaya ya, kok pake bikin danau segala..”
..sontak satu
kelas cekikikan.
Thamrin, permen asem
Tes di hari terakhir kadang membuatu lesu, di
tambah jam terakhir. Keadaan itu, menginisiatifkan Dedi buat ngemot permen. Ngeliat
temennya ngemot permen sendiri, Doni yang di sebelahnya, merasa iri.
“bagi2 napa,
permennya, Ded ?!”
“nih” jawab
Dedi singkat sambil mendorokan tangannya.
Doni pun
memerima apa yang Dedi sodorkan.
“eh, sialan
Lo. Lo pikir gue pemulung apa..?, Cuma dikasih bungkusnya doing.” Doni kesal.
Dia pun hanya
menggeletakkan bungkus permennya didepannya. Tertuliskan merek permen itu “thamrin-permen
asem”.
Pak pengawaspun
masuk, semua anak terdiam. Pak pengawas pun melihat ada bangku yang kosong.
“siapa yang
sedang keluar..?” Tanya pak pengawas.
“Husni Thamrin,
pak!” jawab anak2 kompak.
“keluar kemana
dia ?” Tanya pak pengawas lagi.
Mendengar pertanyaan
itu, Doni menjawab
“husni tidak
keluar pak”
“terus kemana
?”
“dimakan Dedi
Pak, ini bungkusnya” jawab Doni sambil menyodorkan bungkus permen bermerk Thamrin.