MAKALAH RETORIKA DAKWAH BIL QALAM
MAKALAH RETORIKA DAKWAH BIL QALAM
“ Makalah ini di buat guna memenuhi tugas individu pada semester
III “
Dosen pembimbing :
SHOHIBUL ADIB
Disusun oleh :
ALI BURHANUDIN
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM III
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDATUL ULAMA KEBUMEN
2017/2018
DATAR ISI
KATA PENGANTAR
Alkhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmatnya kepada saya, sehingga saya dapat menyusun makalah ini guna
untuk memenuhi tugas perkuliahan saya
sebagai mahasiswa. Tidak lupa sholawat dan salam yang senantiasa saya curahkan kepada
baginda Nabi Agung Muhammad SAW yang saya nanti-nantikan syafa’atnya besok di
hari kiamat. Pertama saya ucapkan terimakasih kepada Bpk. Shohibul Adib selaku
dosen pembinbing mata kuliah Metodologi Dakwah, atas bimbingan dan ilmu yang
telah beliau berikan kepada saya, saya
harap semoga ilmu yang beliau berikan dapat bermanfaat untuk saya dan
teman-teman. Kuedua saya sebagai penyusun makaah ini tentunya masih banyak
kekurangan yang itu semata dari diri
saya sendiri, untuk itu saya sangat berharap kepada teman-teman pembaca atas
kritik dan sarannya kebada saya, supaya kita dapat belajar bersama atas
kekurangan itu, dan yang kesekian kalinya saya ucapkan terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
Dakwah islam adalah suatu istilah
yang dipahami sebagai aktivitas penyampaian pesan ilahiah kepada umat manusia
khususnya kaum muslim, di dalam dakwah islam terjadi sebuah proses penyampaian
ajaran agama, baik yang bersifat larangan maupun bersifat perintah dan anjuran
dari sang pencipta.
Masuknya berbagai ajaran atau
pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai agama, yang cennderung membuat
agama menjadi tidak berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi
dijadikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai bidang. Tentu saja keadaan
seperti ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk memberikan
suatu peradaban alternatif yang benar dan dituntut oleh setiap perubahan sosial
yang terjadi.
Melihat penomena di atas kita
khususnya umat islam dilanda keperhatian yang dapat merusak moral keimanan sehingga
mau tidak mau kita harus mencari solusi yang terbaik dan dikehendaki oleh islam
yaitu melaksanakan dakwah secara efektif dan efisien. Karena islam adalah agama
dakwah yang selalu mendorong umatnya
untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maka maju mundurnya umat
islam sangat tergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah, oleh sebab
itu kita khususnya para da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan
hanya menganggap bahwa dakwah dalam frame” AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR “.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dakwah Bil Qalam
Dakwah secara
etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a-yad’u-da’awatan yang artinya
mengajak, menyeru, memenggil. Sedangkan orang yang menyampaikan dakwah tersebut
di kenal dengan sebutan da’i yang artinya menyeru. Sedangkan pengertian qalam
secara etimoogis, berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari
kata aqlam yang berarti qalam itu adalah sebuah pena atau penulis. Di dalam
pengertian lain dakwah bil qalam juga di artikan segala macam alat tulis
menulis hingga mesin-mesin tulis dan cetak yang canggih seperti zaman sekarang
ini.
Al-Qurtubi menyatakan bahwa qalam adalah suatu
penjelasan sebagaimana lidah dan qalam yang di pakai untuk menulis (oleh Allah
swt) baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Jadi penjeasan Al-Qurtubi
menunjukkan bahwa qalam adalah sebuah alat untuk merangkai tulisan, lalu
berkembang menjadi alat cetak mencetak. Al-Shubuni mengungkapkan bahwa qalam
adalah pena untuk menuis, alat untuk mencatat berbagai ilmu dari ilmu yang ada
di dalam kitab Allah swt, hingga apa yang menjadi pengalaman manusia dari masa
ke masa. Penjelasan Al-Qurtubi sama dengan apa yang di sampaikan oleh Imam
Asy-Syaukani dalam kitab Fath al-qadir, bahwa al-qalam menunjukan kepada alat
yang di gunakan untuk menulis, dan menurut sebagian besar para ulama al-qalam
adalah apa yang tertulis di lauh mahudz.
Mengacu pada arti qalam
sebagai tulisan, dakwah bil qalam bisa diidentikkan dengan istiah dahwa bil
khitabah. Qalam berarti pena, memiliki konotasi lebih aktif karena sebagai
alat, sedangkan khitabah berarti tuisan, berkonotasi pasif karena tulisan
merupakan sebuah produk dari pena.
Mengingat
kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang berkomunikasi secara
intens dan menyebabkan pesan dakwah menyebar seluas-luasnya, maka dakwah bil
qalam mutlak di manfaatkan oleh kemajuan teknologi informasi.
B.
Langkah Dan Fungsi Dakwah Bil
Qalam
Adapun langkah-langkah menjadi pendakwah
melalui dakwah bil qalam, antara lain :
1.
Menambah wawasan dengan cara membaca buku, majalah, mencari ide
dari orang lain, berdiskisi dengan semua kalangan umat.
2.
Mengamati realitas dan terlibat langsung. Beberapa alternatif untuk
menjalankan hal ini diantaranya: terjun didalam kancah aktivitas tertentu, peka
terhadap kejadian didepan mata, sengaja datang ke pusat kegiatan manusia
sebagai pengamat.
3.
Melakukan aktivitas selingan. Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan
antara lain: melakukan aktivitas yang menyenangkan dengan keluarga, melakukan
aktivitas lain dibidang penulisan dan mencari suasana baru.
4.
Mengintensifkan perilaku ibadah. Dalam hal ini kegiatan yang relevan
untuk dilaksanakan yaitu: selalu percaya bahwa ide berasal dari Allah,
melakukan salat malam, dan berpuasa.
5.
Berpikiran dan berperilaku bersih. Teknik ini dilakukan dengan
berpikir positif, keikhlasan dan menjaga diri dari perusak keikhlasan, serta
sopan santun terhadap orang lain.
Selain cara dakwah
bil qalam juga memiliki fungsi yang berbeda dengan dakwah bil lisan maupun
bila hal. Hartono A. Jaiz menjelaskan fungsi dakwah bil qalam dalam
tiga hal, diantaranya:
1.
Melayani kebutuhan masyarakat akan informasi Islam. informasi Islam
yang dimakud disini adalah informasi yang bersumber dari al-Quran dan Hadits.
2.
Berupaya mewujudkan atau menjelaskan seruan al-Quran secara cermat
melalui berbagai media cetak untuk mengemabalikannya kepada fikrah dan
keuniversalannya serta menyajikan prosuk-produk Islam yang elaras dengan
pemikiran.
3.
Menghidupkan dialog-dialog bernuansa pemikiran, politik, budaya,
sosial, dan lain-lain.
C.
Peran Dai Pada Dakwah Bil
Qalam
Dai sebagai
subjek dakwah merupakan pelaku dari kegiatan dakwah itu sendiri. Dai
melaksanakan dakwah baik melalui lisan, tulisan maupun dengan perbuatan sebagai
teladan bagi mad’u. dai dapat dilakukan oleh satu orang, kelompok,
maupun melalui organisasi-orgaisasi keagamaan.
Peran dai
sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah berkaitan dengan empat potensi. Empat
potensi ini bisa dijadikan dasar untuk berjuang menyiarkan agama Islam, yaitu shiddīq,
amanah, fatanah, dan tablīgh. Potensi ini merupakan perpaduan
aspek etika dan keahlian. Seorang dai dituntut memiliki sifat shiddīq (kejujuran),
amanah (dipercaya), selain itu juga harus bersifat tablīgh (memiliki
keahlian komunikasi), serta fatanah (cerdas)
Dai juga harus
mampu menjadi penggerak yang profesional. Di samping profesional, kesiapan
subjek dakwah baik penguasaan terhadap materi, metode, media dan psikologi
sangat menentukan aktifitas dakwah mencapai keberhasilannya. Profesional dapat
diartikan suatu kegiatan atau pekerjaan berdasarkan keahlian dan kualitas,
dengan kata lain pekerjaan yang sesuai bidangnya. Keahlian dan kualitas
seseorang biasanya diperoleh dari pendidikan dan pelatihan khusus. Pekerjaan
itu menyita waktu dan menjadi tumpuan sumber kehidupan sekaligus mempertahankan
reputasi, disertai dengan keilmuan dan ketrampilan yang memadai, maka pekerjaan
itu termasuk profesi, pelakunya disebut profesional.
Terdapat lima
peranan yang dapat dimainkan oleh dai penulis, sebagaimana yang disebutkan oleh
Romli dalam buku Jurnalistik Dakwah. Antara lain: sebagai muaddib,
musaddid, mujadid, muwahid, dan mujahid. Peranan ini sama halnya
dengan tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan dakwah bil qalam, adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1.
Muaddib (sebagai
pendidik), yaitu melaksanakan fungsi edukasi yang Islami. Melalui dakwah
bil qalam, dai mendidik umat Islam agar melaksanakan perintah Allah Swt.
dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu juga mencegah umat Islam dari perilaku
menyimpang dari Syariat Islam, juga melindungi umat dari pengaruh buruk media
massa anti Islam.
2.
Musaddid (sebagai
pelurus informasi). Terdapat tiga hal yang harus diluruskan dai melalui
dakwah bil qalam. Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua,
informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam. Ketiga, penulis
muslim dituntut mampu menggali tentang kondisi umat Islam di berbagai penjuru
dunia, sehingga informasi tentang Islam dan umatnya tidak manipulatif dan
memojokkan Islam. Di sini penulis muslim harus berusaha mengikis fobia Islam,
yang memperlihatkan wajah Islam yang tidak humanis menjadi lebih humanis.
3.
Mujadid (sebagai
pembaharu), yakni penyebar paham pembaharuan akan pemahaman dan pengamalan
ajaran Islam (reformisme Islam).
4.
Muwahid (sebagai
pemersatu), yaitu menjadi penjembatan yang mempersatukan umat Islam.
5.
Mujahid (sebagai
pejuang), yaitu pejuang dan pembela Islam. Penulis berusaha membentuk
pendapat umum yang mendorong penegakan syiar Islam, mempromosikan citra Islam
yang positif dan raḥmah li al- ’alamin, serta menanamkan rūḥ
al-jihād di kalangan umat.
D.
Dakwah Sebagai Proses Dari
Komunikasi
Pada dasarnya
dakwah merupakan proses komunikasi dalam rangka mengambangkan agama Islam,
dalam pengertian mengajak orang untuk menganut agama Islam. Istilah mengajak
tersebut terkandung makna mempengaruhi orang lain agar mereka mau dan mampu
mengubah sikap, sifat, pendapat dan perilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki
orang yang mengajaknya. Dalam konteks dakwah, dai akan selalu berusaha mempengaruhi
mad’unya, begitu sebaliknya mad’u juga memiliki kesempatan untuk
mempengaruhi dai. Keadaaan saling mempengaruhi akan berjalan terus sampai kedua
pihak (dai dan mad’u) merasakan telah memiliki pesan yang sama. Para dai
akan selalu berusaha memenangkan pengaruhnya. Lebih lanjut, Kustadi Suhandang
menjelaskan unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam dakwah Islamiyah,
diantaranya:
1.
Sumber komunikasi, merupakan segala hal yang menjadi dasar atau
latar belakang masalah ataupun pokok pembicaraan, baik berupa data, fakta,
meupun fenomena yang terjadi di alam. Para dai mempunyai sumber komunikasi yang
tertera dalam Al Quran dan al-Hadits. kemudian atas inisiatifnya dibuatlah
pesan dakwah yang disampaikan kepada umat manusia.
2.
Komunikator, dai disebut sebagai komunikator karena mereka adalah
unsur yang berusaha mengkomunikasikan pesan.
3.
Pesan komunikasi, dalam kegiatan dakwah pesan komunikasinya adalah
ajaran Islam, berupa akidah, ibada, muamalah, dan akhlak yang diajarkan Allah
dalam al-Quran melalui Rasul-Nya. Pesan yang disampaikan dapat berupa pesan
verbal (bil lisan, bil qalam) maupun pesan non verbal (bil hal).
4.
Media komunikasi, karena sifatnya yang netral, media komunikasi
apapun, baik antar personal maupun massa bisa dipakai untuk menyampaikan pesan
dakwah itu. Bahkan lebih luas lagi seperti mimbar khutbah atau ceramah, tulisan
atau buku-buku, seni bahasa, dan seni suara bisa dijadikan media
mengkomunikasikan pesan dakwah.
5.
Komunikan, merupakan pihak yang didatangi pesan komunikasi atau
pihak yang menerima pesan komunikasi sebagai sasaran komunikasi untuk tujuan
tertentu. Dalam hal ini, pihak penerima pesan komunikasi adalah orang- orang
yang dijadikan sasaran oleh komunikator, sasaran penyampaian pesan
komunikasinya. Demikian pula halnya dengan sasaran dakwah, pada dasarnya
merupakan komunikan dari kegiatan dakwah itu yang lazimnya disebut mad’u.
6.
Tujuan, tujuan komunikasi dalam dakwah digariskan sebagai titik
tuju dakwah Islamiyah, yaitu memberi pengertian kepada umat manusia agar
mengambil segala ajaran Allah SWT yang tertkandung dalam al-Quran sebagai jalan
hidupnya. Dalam dakwah terkandung upaya mengubah sikap, sifat, pendapat, dan
perilaku umat kearah yang Islami. Adapun upaya untuk mengubah sikap, sifat dan
perilaku merupakan prinsip dari tujuan utama komunikasi.
7.
Akibat, pada prinsipnya akibat yang diharapkan dalam dakwah
Islamiyah adalah terwujudnya umat yang berjalan di atas jalan Allah (fi
sabilillah). Menurut pandangan komunikasi, akibat-akibat yang diinginkan
adalah perubahan sikap, sifat, dan perilaku. Perubahan tersebut dalam keilmuan
komunikasi disebut feed back. Jika feed back dakwah Islamiyah
tersebut sesuai dengan tujuannya maka kegiatan dakwah tersebut dapat dikatakan
berhasil.
E.
Buku Sebagai Media Dakwah
Buku dapat
didefinisikan sebagai sejumlah pesan tertulis yang memungkinkan memuat banyak
pesan dan memiliki arti bagi masyarakat luas, direncanakan untuk pengetahuan
publik tentang sesuatu serta direkam dalam bahan yang tidak mudah rusak dan
mudah dibawa. Tujuan utamanya memberi penerangan, penyajikan dan menjelaskan,
serta mengabadikan sesuatu dan memindahkan pengetahuan dan informasi di tengah
masyarakat dengan memerhatikan kemudahan dan penampilan. Pada awal
perkembangannya, buku tidak lebih dari suatu lembaran panjang yang pada kedua
ujungnya dipasang kayu kecil, yang memungkinkan lembaran itu dapat dengan mudah
dibuka dan digulung. Naskah panjang itu memuat pesan-pesan penulisnya yang
ditulis secara bersambung, tanpa terpotong-potong oleh batas halaman seperti
dalam bentuknya yang kita lihat sekarang. Meskipun dari segi panjang dan
lebarnya lebaran itu sangat bervariasi—seperti halnya juga buku yang memiliki
jumlah halaman yang berbeda-beda—pada umumnya manuskrip itu dibuat dalam satu
gulungan. Lalu, ia berkembang hingga dalam bentukannya seperti yang kini bisa
kita nikmati. Pada era 1980-an, di Indonesia, buku-buku Islam.
Menjadi barang
yang diburu masyarakat pembaca. Pesan-pesan Islam disajikan dalam ramuan
halaman buku yang lebih menarik. Buku sejarah nabi, misalnya, disajikan dalam
bentuk buku cerita bergambar sehingga memiliki daya tarik yang lebih besar
khususnya bagi anak-anak. Pesan-pesan Islam yang biasanya disampaikan melalui
mimbar di masjid, kini dapat disajikan dalam lemabaran buku yang lebih menarik.
Adapun kelebihan buku sebagai media dakwah dari segi efektivitas dalam
menyebarluaskan pengetahuan, opini, dan pikiran secara transnasional dan
transgenerasi tidak diragukan lagi. Bagaimana ajaran Ikhwanul Muslimin dapat
menyebar ke berbagai dunia Islam, tokoh-tohoh revolusi Iran, seperti Ali
Shariati, Khomeini, serta Murtadha Muthahhari demikian akrab dengan mahasisiwa,
sebagaimana mereka juga akrab dengan Max Weber dan Durkheim. Serta
pemikir-pemikir masa lalu lainnya dari berbagai belahan dunia dapat dibaca pada
saat ini. Maka dari itu, dalam konteks komunikasi Islam, produksi buku menjadi
pilihan guna penyebarluasan dakwah ila Allah dan amar ma’ruf nahi
munkar.
Lembaga-lembaga
penerbitan dan penulisan buku menjadi pilihan yang harus digalakkan, sebab buku
lebihmemiliki “wibawa” dibandingkan penerbitan lainnya di mata pembacanya. Di
kalangan muslim Indonesia masih banyak yang beranggapan bahwa pengetahuan itu
dari “kitab”, bukan dari majalah atau koran. Dengan demikian,“wibawa” buku
tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya perubahan dan pembangunan.
Dalam waktu dua puluh tahun ke depan dapat dipastikan bahwa pembaca khazanah
keislaman akan lebih banyak dan berakibat pada tatanan kehidupan dan keislaman.
Ini akan berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang lebih banyak meminta bayaran untuk
mengakses jurnal dan perpustakaannya.
F.
Buku Sebagai Media Komunikasi
Massa
Pada awal
perkembangannya, buku tidak lebih dari suatu lembaran panjang yang pada kedua
ujungnya dipasang kayu kecil yang memungkinkan lembaran itu dapat digulung.
Naskah panjang itu memuat pesan-pesan penulisnya yang ditulis secara bersambung
tanpa terpotong-potong leh batasan halaman seperti dalam bentuknya yang kita
lihaat sekarang. Lalu ia berkembang hingga dalam bentuknya seperti kini bisa
kita nikmati. Di amerika perusahaan penerbitan buku mulai berkembang
berbarengan dengan penemuan dan pertumbuhan industri mesin cetak. Sejak saat
itu penerbitan buku mulai berkembang hingga menjadi bahan bacaan yang dinikmati
masyarakat.
Efek media buku
pertama kali teramati dan muncul ke permukaan sejak terbitnya dime novel (novel
picisan) karya E.F. Beadle yang kemudian hari menjadi sangat ppuler pada akhir
abad 19. Sedangkan buku yang ada seperti sekarang ini dipelopori leh John Jakes
lewat karyanya American Bicentennial Series (seri dua abad amerika).
Jurnalistik buku kini telah menempati posisi penting sebagai sumber informasi,
mulai dari hiburan, ketrampilan praktis, hingga yang bersifat ilmiah.
Buku merupakan
sifat yang paling tidak “masal” dari media massa dalam menjangkau khalayak dan
besarnya industri itu sendiri, dan fakta ini membentuk hubungan antara media
dan khalayak. Rumah penerbitan, baik besar maupun kecil menghasilkan pembaca
yang sempit atau luas yang membeli dan membawa buku secara individual. Hubungan
lebih langsung antara penerbit dan pembaca buku menjadikan buku memiliki
fundamental berbeda dari media massa lainnya. Misalnya, buku tidak tergantung
dari media massa lain yang menarik khalayak sebesar mungkin, buku lebih mampu
dan lebih mungkin untuk menetaskan yang baru, menantang, atau gagasan tidak
populer. Sebagai media yang tidak bergantung pada dukungan iklan, buku dapat
ditujukan pada kelompok-kelompok pembaca yang sangat kecil, menentang mereka
dan imajinasi mereka dengan cara yang tidak dapat diterima para sponsor pada
media massa berbasis iklan. Karena buku-buku yang diproduksi dan dijual sebagai
unit individu- sebagai kebalikan dari program televisi tunggal yang secara
bersamaan didistribusikan kepada jutaan khalayak atau satu edisi dari sirkulasi
massa surat kabar- banyak “suara” dapat masuk dan bertahan dalam industri ini.
Media ini dapat mempertahankan lebih banyak suara dalam forum budaya dari media
massa tradisional lainnya. Sebagai mantan kepala Perpustakaan Umum New York,
Vartan Gregorian menjelaskan kepada wartawan Bill Moyers ketika diantara
buku-buku, “Tiba-tiba Anda merasa rendah hati. Seluruh dunia ada di depan Anda.
Ini dia, usaha manusia, aspirasi manusia, penderitaan manusia, ekstasi manusia,
bravura manusia, kegagalan manusia, semua di hadapan Anda.”
Industri buku
terikat oleh banyak tekanan keuangan dan industri yang sama yang membatasi
media lainnya, tetapi lebih dari yang lain, buku-buku berada pada posisi yang
dapat mengatasi kendala tersebut. Dalam, pimpinan dari Montag, Kapten Beatty
menjelaskan mengapa semua buku harus dibakar. “Suatu waktu”, katanya kepada
bawahannya yang resah, “buku-buku menarik bagi beberapa orang, di sini, di
sana, di mana-mana. Mereka mampu menjadi berbeda. Dunia itu luas. Akan tetapi,
kemudian dunia dipenuhi dengan mata dan siku dan mulut”. Petugas pemadam
kebakaran Bradbury yang menghancurkan buku-buku di masa depan justru
dikarenakan mereka berbeda. Ini adalah perbedaan mereka dari media massa
lainnya yang membuat buku-buku menjadi unik dalam budaya kita. Meskipun semua
media melayani fungsi budaya berikut ini untuk tingkat tertentu (misalnya,
orang yang menggunakan video self-help untuk pengembangan pribadi dan
musik populer kadang-kadang merupakan agen perubahan sosial), buku-buku
tradisional telah dilihat sebagai kekuatan budaya yang kuat untuk alasan ini:
1.
Buku adalah perubahan sosial dan budaya. Bebas dari
kebutuhan untuk menghasilkan sirkulasi massa bagi pengiklan, luar biasa,
kontroversial, bahkan ide revolusioner agar mencapai publik.
2.
Buku merupakan gudang budaya penting.
3.
Buku adalah jendela kita pada masa lalu.
4.
Buku merupakan sumber penting dari pengembangan pribadi. Buku yang
paling jelas adalah buku self-help dan perbaikan pribadi. Namun, buku
juga berbicara kepada kita lebih individual dari pengiklan-disukung media
karena mereka kecil, berfokus pada target pasar.
5.
Buku adalah sumber indah bagi hiburan, tempat melarikan diri, dan
reflesi pribadi. Arthur C, Clarke, John Grisham, Judith Krantz, dan
Stephen King adalah spesialisasi dalam menulis novel yang sangat menghibur dan
imajinatif.
6.
Buku cenderung mendorong refleksi pribadi ke tingkat lebih tinggi
daripada media-media lainnya
7.
Buku adalah cermin budaya. Buku menjadi refleksi budaya dari sebuah
tempat yang memproduksi dan mengonsumsi mereka
Komunikasi massa
mempunyai fungsi dalam mayarakat. Menurut Dominick fungsi komunikai Massa
terdiri dari: surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran),
linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai)
dan enterteinment (hiburan). Sedangkan Karlinah dalam Karlinah,
menyebutkan fungsi komunikasi massa:
1. Fungsi Informasi
Media massa
adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai
informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan
kepentingan khalyak. Karena sebagai mahluk sosial, khalayak akan selalu merasa
haus akan informasi tentang segala yang terjadi disekitarnya.
2. Fungsi Pendidikan
Media massa
merupakan pendidikan bagi khalayaknya. Salah satu cara mendidik yang dilakukan
media massa adalah melaui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang
berlaku kepada pemirsa atau pembaca.
3. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi ini
dalam media massa terkandung pada tajuk, features, iklan, artikel, dan
sebagainya. Khalayak trpengaruh oleh pesan-pesan yang terdapat didalam tulisan
atau program tersebut sehinga tanpa sadar melakukan tindakan sesuai dengan yang
diinginkan media tersebut. 66
4. Fungsi Proses Pengembangan
Mental
Untuk menambah
wawasan, manusai membutuhkan komunikasi dengan menusia lainnya. Dengan
berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuan dan berkembang
intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari
orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia memahami betapa besar
ketergantungan manusia terhadap komunikasi, karena komunikasi dapat membantu
manusia dalam perkembangan mentalnya.
5. Fungsi Adaptasi Lingkungan
Setiap manusia
berusaha menyesuaikan diri dengan dunianya untuk dapat bertahan hidup. Proses
komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses
pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat
membantu dalam berhubungan dengan orang lain, saling menyesuaikan diri,
sehingga menimbulkan kesamaan diantara komunikator dan komunikan.
6. Fungsi Manipulasi Lingkungan
Manipulasi
dalam pembahasan ini bukan diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi
lingkungan yang berusaha untuk mempengaruhi. Dalam fungsi manipulasi,
komunikasi dingunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dakwah bil
qolam merupakan sebuah cara untuk mengajak manusia ke jalan Alloh SWT, melalui
seni tulisan dengan cara yang bijaksana.
Post a Comment for "MAKALAH RETORIKA DAKWAH BIL QALAM"