MAKALAH PENGANTAR STUDI QIROAT SEJARAH MUNCULNYA QIRO`AH SAB’AH BESERTA BIOGRAFI IMAM ABU ‘UMAR DAN IBNU MUJAHID
MAKALAH PENGANTAR STUDI QIROAT
SEJARAH MUNCULNYA QIRO`AH SAB’AH
BESERTA BIOGRAFI IMAM ABU ‘UMAR DAN IBNU MUJAHID
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas individu pada semester IV
Dosen Pembimbing :
Isti’anah, M.A
Disusun Oleh :
Luthfi Rosyadi NIM : 1631037
ILMU AL-QUR’AN
DAN TAFSIR / IV
FAKULTAS USHULUDDIN, DAKWAH, DAN SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
KEBUMEN
2018/2019
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
kesehatan, kenikmatan serta kesempatan, dalam rangka menyelesaikan kewajiban
kami sebagai mahasiswa, yakni dalam bentuk tugas yang diberikan bapak dosen
dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami pula.
Shalawat serta salam, semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Agung
Muhammad SAW, yang telah mewajibkan kepada kita untuk selalu menuntut ilmu, dan
selalu merasa hauslah akan ilmu.
Ucapan terima kasih kepada Ibu Isti’anah, M.A, selaku dosen pengampu pada
mata kuliah metodologi tafsir, yang telah memberikan bimbingan serta arahan
sehingga makalah yang berjudul “Makalah Pengantar Studi Qiroat : Sejarah
Kemunculan Qiroah Sab’ah Beserta Biografi Imam Abu ‘Umar dan Ibnu Mujhaid ” dapat
selesai tepat waktu.
Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun, selalu
diharapkan, dalam rangka perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, amin ya rabbal ‘alamin.
Kebumen,
11 Januari 2018.
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Islam
yang kekal dan selalu mengikuti konteks zaman, serta dijadikan sebagai pegangan
hidup. Sungguh Allah SWT telah menurunkan mukjizat yang begitu besar dalam
Al-Qur’an. Di antara kemukjizatan Al-Qur’an adalah beragamnya cara pembacaan
Al-Qur’an. Dengan berbahasa Arab, dimana orang Arab mempunyai aneka ragam
dialek yang timbul dari fitrah mereka dalam langgam. Diantara dialek-dialek
orang Arab, dialek Quraisylah yang dipilih sebagai induk bahasa Arab. Dengan
alasan, dialek Quraiys yang dipakai sebagai bahasa saat menjamu jamaah haji,
menjaga Baitul Ihram, dan menguasai perdagangan.[1] Dengan
dipilihnya dialek Quraisy sebagai dialek induk, bukan berarti dialek-dialek
lain haram untuk digunakan. Dari semua dialek yang ada hanya ada beberapa saja,
yang terkenal dan memang sanadnya sampai Rasulullah SAW. Ada 7 teknik baca
Al-Qur’an yang terkenal, yang dikenal dengan istilah “Qira`at Sab’ah”. Qira`at
ini ditetapkan berdasarkan sanad-sanadnya yang sampai kepada Rasulullah SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Qira’at Sab’ah itu ?
2. Bagaimanakah sejarah awal mula munculnya Qiro’at Sab’ah ?
3. Bagaimanakah sejarah perkembangan ilmu qiro’at ?
4. Bagaimanakah ragam qira’at
& hukum-hukumnya ?
5. Bagaimanakah biografi Abu ‘Umar dan Ibnu Mujahid ?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian dari Qira`at Sab’ah.
2. Mengetahui sejarah awal mula munculnya Qiro’at Sab’ah.
3. Mengetahui sejarah perkembangan ilmu qiro’at.
4. Mengetahui ragam qira’at & hukum-hukumnya.
5. Mengetahui biografi Abu ‘Umar dan Ibnu Mujahid.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN QIROAT
Al-Qira`at adalah jamak dari kata qiro’ah
yang berasal dari qara’a – yaqra’u – qirâ’atan. Menurut istilah qira’аt
ialah salah satu aliran dalam pelafalan/pengucapan Al-Qur’аn yang dipakai oleh
salah seorang imam qura’ yang berbeda dengan lainnya dalam hal ucapan Al-Qur’anul
Karim. Qira’аt ini berdasarkan sanad-sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW.[2]
Qiro’at sab’ah atau qiro’at tujuh adalah macam cara membaca Al-Qur’an yang
berbeda. Disebut qiro’at tujuh karena ada tujuh imam qiro’at yang terkenal / masyhur
yang masing-masing memiliki langgam bacaan tersendiri. Tiap imam qiro’at
memiliki dua orang murid yang bertindak sebagai perawi. Tiap perawi tersebut
juga memiliki perbedaan dalam cara membaca
qur’an. sehingga ada empat belas cara membaca Al-Qur’an yang masyhur.
Perbedaan cara membaca itu sama sekali bukan dibuat-buat, baik dibuat oleh
imam qiro’at maupun oleh perawinya. cara membaca tersebut merupakan ajaran Rasulullah
dan memang seperti itulah Al-Qur’an diturunkan.
B.
SEJARAH
MUNCULNYA QIRA`AT SAB’AH
Dari Umar Bin Khathab, ia berkata, “aku mendengar Hisyam Bin Hakim membaca
surat Al-Furqon di masa hidup Rasulullah. aku perhatikan bacaannya. Tiba-tiba
ia membaca dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku,
sehingga hampir saja aku melabraknya di saat ia shalat, tetapi aku urungkan.
maka, aku menunggunya sampai salam. Begitu selesai, aku tarik pakaiannya dan
aku katakan kepadanya, “siapakah yang mengajarkan bacaan surat itu kepadamu?”
ia menjawab, “Rasulullah yang membacakannya kepadaku. Lalu aku katakan
kepadanya, “kamu dusta! demi Allah, Rasulullah telah membacakan juga kepadaku
surat yang sama, tetapi tidak seperti bacaanmu. Kemudian aku bawa dia menghadap
Rasulullah, dan aku ceritakan kepadanya bahwa aku telah mendengar orang ini
membaca surat Al-Furqon dengan huruf-huruf (bacaan) yang tidak pernah engkau
bacakan kepadaku, padahal engkau sendiri telah membacakan surat Al-Furqon kepadaku.
maka Rasulullah berkata, “lepaskanlah dia, hai Umar. Bacalah surat tadi wahai Hisyam!”
Hisyam pun kemudian membacanya dengan bacaan seperti kudengar tadi. maka kata Rasulullah,
“Begitulah surat itu diturunkan” Ia berkata lagi, “Bacalah, wahai Umar!” lalu
aku membacanya dengan bacaan sebagaimana diajarkan Rasulullah kepadaku. maka
kata Rasulullah, “Begitulah surat itu diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an itu
diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu
di antaranya.’” [HR Bukhari,
Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Jarir]
Qira`at ada macam-macam jenisnya. Pendapat tentang
qira`at itu sendiri juga sangatlah beragam dan semua pendapat tersebut
sangatlah berbobot seperti yang tertera di bawah ini. Pengarang kitab Al-Itqan menyebutkan
macam-macam qira`at itu ada yang Mutawatir, Masyhur, Syadz, Ahad,
Maudhu’ dan Mudarra. Qadhi’ Jalaluddin al-Bulqiny
mengatakan: Qira`at itu terbagi ke dalam : Mutawatir, Ahad dan Syadz.[3]
Yang mutawatir adalah qira`at tujuh yang
masyhur. Yang ahad adalah qira`at tsalatsa (tiga) yang menjadi
pelengkap qira’ah ‘asyrah (sepuluh), yang kesemuanya
dipersamakan dengan qira`at para sahabat. Adapun qira`at yang syadz ialah qira`at
para tabi’in seperti qira`at A’masy, Yahya ibnu Watsab, Ibnu Jubair dan
lain-lain.
Imam as-Suyuthy mengatakan bahwa kata-kata di
atas perlu ditinjau kembali. Yang pantas untuk berbicara dalam bidang ini
adalah tokoh qurra’ pada masanya yang bernama Syaikh Abu al-Khair ibnu
al-Jazary dimana beliau mengatakan dalam muqaddimah kitabnya An-Nasyr:
“Semua qira`at yang sesuai dengan bacaan Arab walau hanya satu
segi saja dan sesuai dengan salah satu mushaf Utsmany walaupun hanya sekedar
mendekati serta sanadnya benar maka qira`at tersebut adalah shahih (benar),
yang tidak ditolak dan haram menentangnya, bahkan itu termasuk dalam bagian huruf
yang tujuh dimana Al-Qur’an diturunkan. Wajib bagi semua orang
untuk menerimanya baik timbulnya dari imam yang tujuh maupun dari yang sepuluh
atau lainnya yang bisa diterima. Apabila salah satu persyaratan yang tiga
tersebut di atas tidak terpenuhi maka qira`at itu dikatakan qira`at yang syadz
atau bathil, baik datangnya dari aliran yang tujuh maupun dari tokoh yang lebih
ternama lagi. Inilah
pendapat yang benar menurut para muhaqqiq dari kalangan salaf maupun khalaf.
Qira`at ada yang mengartikan qira`at
sab’ah, qira`at sepuluh dan qira`at empat belas.
Semuanya yang paling terkenal dan nilai kedudukannya tinggi ialah qira`at
sab’ah. Qira`at sab’ah (tujuh)
adalah qira`at yang dinisbatkan kepada imam yang tujuh dan terkenal, yaitu:
Nafi’, Ashim, Hamzah, Abdullah bin Amir, Abdullah ibnu Katsir, Abu Amer ibnu
‘Ala’ dan Ali al-Kisaiy. Qira`at ‘asyar (sepuluh)
adalah qira`at yang tujuh ditambah dengan qira`at: Abi Ja’far, Ya’qub dan
Khalaf. Qira`at
arba’ ‘asyar (empat belas) yaitu qira`at yang sepuluh ditambah empat qira`at:
Hasan al-Bashry, Ibnu Mahish, Yahya al-Yazidy dan asy-Syambudzy.
C.
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU QIRO’AT.
Para sahabat mempelajari cara pengucapan
Al-Quran langsung dari Rasulullah SAW, bahkan beberapa dari ‘secara resmi’
direkomendasikan oleh Rasulullah SAW sebagai rujukan sahabat lainnya dalam
pengucapan Al-Quran. Dari Abdullah bin Amr bin Ash, Rasulullah SAW bersabda : “Ambillah
(belajarlah) Al-Quran dari empat orang : Abdullah bin Mas’ud, Salim, Muadz, dan
Ubai bin Ka’b” (HR Bukhori). Rasulullah SAW juga bersabda : “Barang siapa yang
ingin membaca Al-Quran benar-benar sebagaimana ia diturunkan, maka hendaklah
membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi Abd (Abdullah bin Mas’ud)”.
Diantara sahabat yang populer dengan bacaannya
adalah: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Ubay bin Ka’b, Zaid bin Tsabit,
Abu Darda, Ibnu Mas’ud, dan Abu Musa al-Asy’ary. Dari
mereka inilah kebanyakan para sahabat dan tabi’іn di seluruh daerah belajar.
Kemudian para tabi’іn tersebut menyebar di kota-kota besar pemerintahan Islam,
diantaranya adalah :
a.
Madinah :
Ibnu Musayyib, Urwah, Salim, dan Umar bin Abdul Aziz
b.
Mekah :
Ubaid bin Umair, Atho’ bin Abi Robah, Thowus, Mujahid, Ikrimah
c.
Kufah :
Ilqimah, Al-Aswad, Masruq, Ubaidah, Dll
d.
Bashroh :
Abu Aliyah, Abu Roja’, Qotadah, Ibnu Siirin
e.
Syam :
Al-Mughiroh, Shohib Utsman, Dll
Kemudian pada masa tabi’іn awal abad 1
Hijriyah, beberapa kelompok mulai sungguh-sungguh menata tata baca dan
pengucapan al-Quran hingga menjadi ilmu tersendiri sebagaimana ilmu-ilmu
syariah lainnya. Kemudian muncul pula madrasah-madrasah qiro’ah yang mempelajai
ilmu tersebut, yang akhirnya memunculkan keberadaan para qurro’, yang hingga
hari ini qiroat qur’аn banyak disandarkan kepada mereka, khususnya imam qurro
yang tujuh.
D.
RAGAM QIRO’AT &
HUKUM-HUKUMNYA
Sebenarnya
Imam atau guru Qiraat itu jumlahnya banyak hanya sekarang yang populer adalah
tujuh orang. Qiraat tujuh orang imam ini adalah qiraat yang shahih dan memenuhi
syarat-syarat disebut qiroaat yang shoih. Syarat tersebut antara lain :
1)
Muwafawoh bil Arobiyah ( sesuai dengan bahasa
arab)
2)
Muwafaqoh bi ahad rosm utsmani ( sesuai dengan
salah satu penulisan mushaf Utsmani)
3)
Shihhatus Sanad ( bersandarkan dari sanad atau
riwayat yang shohih / kuat)
Dengan ketentuan-ketentuan di atas, kemudian
para ulama membagi qiro’аt menjadi beberapa jenis dilihat dari layak tidaknya
untuk diikuti :
1)
Mutawatir ; yaitu qiraat yang dinukil oleh
sejumlah besar periwayat yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta , dari
sejumlah orang yang seperti itu dan sanadnya bersambung hingga penghabisannya,
yakni Rasulullah Saw. Juga sesuai dengan kaidah bahasa arab dan rasam Ustmani.
2)
Masyhur, yaitu qiraat yang sahih sanadnya
tetapi tidak mencapai derajat mutawatir, sesuai dengan kaidah bahasa arab dan
rasam Ustmani serta terkenal pula dikalangan para ahli qiraat sehingga tidak
dikategorikan qiraat yang salah atau syaz. qiraat macam ini dapat digunakan.
3)
Ahad, yaitu qiraat yang sahih sanadnya tetapi
menyalahi rasam Ustmani, menyalahi kaidah bahasa Arab, atau tidak terkenal. Qiraat macam ini tidak dapat diamalkan bacaanya.
4)
Syaz,
yaitu qiraat yang tidak sahih sanadnya.
5)
Ma’udu,
yaitu qiraat yang tidak ada asalnya.
6)
Mudraj, yaitu yang ditambahkan ke dalam qiraat
sebagai penafsiran (penafsiran yang disisipkan ke dalam ayat Quran).
Keempat macam terakhir ini tidak boleh
diamalkan bacaannya. Para Qari yang hafal Al-Qur’аn dan terkenal dengan hafalan
serta ketelitiannya, dan menyampaikan qira’аt kepada kita sesuai dengan yang
mereka terima dari sahabat Rasulullah SAW. Qira’аt
yang mutawatir semuanya kita kutip dari para qari yang hafal Al-Qur’аn dan
terkenal dengan hafalan serta ketelitiannya.
Mereka ialah imam-imam qira’аt yang masyhur
yang meyampaikan qira’аt kepada kita sesuai dengan yang mereka terima dari
sahabat Rasulullah SAW. Mereka memiliki keutamaan ilmu dan pengajaran tentang
kitabullah Al-Qur’аn sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baiknya orang
diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’аn dan mengajarkannya”.
E.
BIOGRAFI SINGKAT ABU AMR
Biografi Imam Qiraat Abu Amr ini merupakan
salah satu Imam Qiraat Sab'ah. Nama lengkapnya adalah Zabban bin Ala' bin
Ammar, ia lahir di kota Mekkah pada tahun 68 H. Imam Abu Amr kemudian merantau
dan mengajar Al-Quran. Setelah itu
pindah ke Kuffah hingga wafatnya pada tahun 154 H. Ia
terkenal sebagai salah seorang yang sangat mengerti tentang Al-Quran serta
terkenal jujur.
Seorang ulama besar Sufyan bin Uyainah pernah
bercerita bahwa ia pernah bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan bertanya bahwa
orang banyak berselisih Qira`at, mana Qira`at yang patut diikuti, Rasulullah
menjawab bacalah menurut Qira`at Abu Amr. Adapun sanad yang dimiliki Abu Amr
adalah sebagai berikut: ia membaca dari beberapa guru diantaranya Abu Ja'far
Yazid bin Qo'qo dan Hasan Al Bashriy. Hasan
membaca dari Khuton Abu Aliyah. Abu Aliyah mendapat bacaan dari Umar Bin Khattab
dan Ubay bin Ka'ab. Kemudian kedua sahabat ini mendapat bacaan dari Rasulullah SAW. Dua
orang perawinya adalah :
a. Dury, nama lengkapnya adalah Abu Amr Hafs bin Umar bin ABdul Aziz yang
populer dengan julukan Dury, Dury terkenal sebagai ulama Qiraat pada masanya di
samping terkenal sebagai orang pertama yang mengumpulkan Qiraat-qiraat. Dia mengajar dan wafat di kota Bahgdad pada tahun 246 H.
b. Susy, nama lengkapnya adalah Abu Syuaib Sholeh bin Ziyad bin ABdullah bin
As-Susy di kota Bashrah tempat ia menetap dan wafat. ia terkenal sebagai qori'
yang baik dan kuat ingatannya. Susy wafat pada tahun 261 H
F.
BIOGRAFI SINGKAT IBNU MUJAHID
Beliau adalah Ahmad bin Musa bin Al 'Abbas bin Mujahid At
Taimi Al Baghdadi. Dilahirkan di sebuah daerah yang dinamakan Suq Al 'Athasy di
kota Bagdad pada tahun 245 H. Beliau meninggal dunia pada hari Rabu pada
tanggal 11 Sya'ban tahun 324 H.
Ibnu Mujahid adalah seorang yang tekun dalam menuntut ilmu.
Hingga bila dihitung, guru-gurunya lebih dari lima puluh orang. Namun dalam
makalah ini tidak semuanya disebutkan, diantaranya; Abdurrahman bin Abdus,
Muhammad bin Abdurrahman al Makhzumi al Maky, Abdullah bin Katsir al Muadib al
Bagdadi.
Beliau juga mengajarkan ilmunya kepada murid-muridnya,
diantaranya; Abu Tohir Abdul Wahid bin Umar bin Abi Hisyam, Al Hasan bin Said
al Mathu’I, Abu Ahmad Abdullah bin al Husain as Samiri.
Ibnu Mujahid adalah seorang ulama' qiro'at yang menaruh perhatian besar ternadap ilmu qiro'at. Tidak sampai di situ, dengan perhatian yang begitu besar terhadap ilmu qiro'at, beliau juga mengarang sebuah kitab tentang qiro'at yang berjudul “As Sab'ah fi Al Qiro'at.”
Ibnu Mujahid adalah seorang ulama' qiro'at yang menaruh perhatian besar ternadap ilmu qiro'at. Tidak sampai di situ, dengan perhatian yang begitu besar terhadap ilmu qiro'at, beliau juga mengarang sebuah kitab tentang qiro'at yang berjudul “As Sab'ah fi Al Qiro'at.”
Dalam kitab tersebut Ibnu Mujahid hanya memilih tujuh orang
imam dari ratusan imam-imam qiro'at yang ada pada masa tersebut. Pemilihan
ketujuh imam qiro’at ini didasarkan pada syarat-syarat tertentu yang dia
tetapkan. Imam Ibnu Mujahid juga membaginya berdasarkan wilayah-wilayah yang
terkenal dengan ilmu pengetahuan dan qiro’at pada masa itu. Wilayah-wilayah
tersebut adalah; Madinah, Makkah, Damaskus, Syam, Basrah dan Kufah. Kota-kota
ini lah yang menjadi tujuan pengiriman mushaf Utsmani pada masa khalifah
ketiga, Khalifah Utsman bin Affan. Dari kota-kota ini juga tumbuh pusat-pusat
ilmu qiro’at, fiqih, tafsir dan ilmu keislaman yang lainnya. Setelah itu Imam
Ibnu Mujahid memilih dua orang yang mengambil riwayat bacaan dari setiap imam
yang tujuh tersebut. Lalu menjelaskan dasar dari qiro'at yang tujuh tersebut
dan memaparkannya.
Buku As Sab’ah fi Al
Qiro’at karangan Ibnu Mujahid ini, telah menjadi salah satu referensi utama
bagi para penuntut ilmu yang ingin mendalami ilmu qiro'at. Dengan metodenya
dalam penulisan buku ini, membuat ilmu qiro’at menjadi lebih mudah, sehingga
memberikan banyak manfaat bagi orang-orang yang ingin mendalami ilmu qiro’at.
Pada dasarnya, Ibnu Mujahid
bukan lah orang yang pertama kali mengumpulkan sejumlah qiro'at para Imam
qiro'at dalam satu buku. Telah
ada ulama lain yang terlebih dahulu melakukan apa yang dia kerjakan, di antara
para ulama itu adalah :
1.
Abu Ubaid Al Qasim bin Salam (224H). Dia telah mengumpulkan
lima belas jenis bacaan para Imam dalam kitab karangannya yang berjudul
Qararat.
2.
Ismail bin Ishaq Al Qadhi,
Abu Ishaq Al Azadi Al Baghdadi (282H), beliau juga guru Ibnu Mujahid. Beliau telah mengarang sebuah kitab yang di
dalamnya mencantumkan dua puluh bacaan Imam Ahli qiro'at.
Di antara sebab yang
mendorong Ibnu Mujahid menulis sebuah buku tentang qiro'at adalah keinginannya
yang besar untuk menjaga bacaan-bacaan tersebut dan mempermudah untuk
mendapatkannya dan mempelajarinya. Di mana orang-orang yang ingin menuntut ilmu
qiro'at pada umumnya merasakan kesusahan dengan banyaknya cabang-cabang qiro'at
dan jalan-jalan periwayatannya, belum lagi dengan illat (alasan) yang ada pada
setiap bacaan.
Ibnu Mujahid telah
mengisyaratkan hal ini ketika dia ditanya, “Mengapa anda tidak menulis (tentang
qiro'at) satu huruf saja (yaitu bacaan dari satu imam qiro'at)?” Kemudian
dijawab oleh Ibnu Mujahid, “Menjaga seluruh bacaan yang dipakai oleh Imam-imam
terdahulu lebih dibutuhkan dari pada memilih salah satu di antara mereka”. Ini
merupakan ungkapan yang sangat jelas dari Ibnu Mujahid tentang keinginannya
yang besar dalam menjaga qiro'at yang ada dan memeliharanya, serta menjadikan
ilmu qiro'at sebagai sesuatu yang mudah bagi penuntut ilmu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah kita membaca uraian di atas, kita
mengetahui bahwa Al-Qur’an dengan berbagai perbedaan teknik membacanya bukan
membawa perpecahan, akan tetapi menunjukkan kuasa Allah kepada manusia, betapa Maha
Besarnya Allah SWT yang memahami kekurangan-kekurangan makhluk-Nya.
Selain itu juga kita sebagai makhluk, harus
bersyukur telah di beri keringan dengan adanya macam-macam qira`at, menjadikan
lebih mudah melafadzkan ayat Al-Qur’an yang mungkin sulit untuk di ucapkan
dengan lidah kita.
Jadi, kesimpulannya kita sebagai umat Islam
harus bersyukur dengan adanya perbedaa-perbedaan, jangan hanya karena perbedaan
teknik membacanya, kita menjadi bertengkar, dan bercerai berai.
DAFTAR
PUSTAKA
Allah, H. (2010, 10 21). Sejarah
Qiro`ah Sab`ah. Dipetik 03 10, 2018, dari QIRO`AT SAB`AH:
http://mohammad-alfitroh.blogspot.co.id/2010/09/sejarah-qiroah-sabah.html
Amriadi Al Masjidiy, d.
(2016, 10 12). Biografi Imam Qira'at. Dipetik 03 10, 2018, dari Corporate
Al Masjidiy Cyber Media:
http://amriadicyber.blogspot.co.id/biografi-imam-qiraat.html
BLEGA, S. 5. (2015, 09 27).
Qiraah Sab'ah dan Sejarahnya Kami Sajikan 3 (tiga) Artikel Berkaitan
dengan Qiraah Sab'ah atau 7 Imam Qiraat Nama-Nama Ulama Qiraat Beserta Perawi
dan Sanadnya (1). Dipetik 03 10, 2018, dari SUBRAYON 54 BLEGA:
http://subrayon54.blogspot.co.id/2015/09/qiraah-sabah-dan-sejarahnya.html
Hakim, L. A. (2011, 11). Mujahid
bin Jabir. Dipetik 03 10, 2018, dari Luqman Al Hakim (Sekolah Menengah Pertama
Tahfidzul Qur'an Luqman Al Hakim):
http://alhakimluqman.blogspot.co.id/2011/11/mujahid-bin-jabr.html
HS, H. (t.thn.). HERMAN
MOSLEM. Dipetik 03 10, 2018, dari PENGARUH IBNU MUJAHID TERHADAP ILMU
QIRO’AT SAB’AH: http://hermanmoslem.blogspot.co.id/pengaruh-ibnu-mujahid-terhadap-ilmu-qiroah-sabah.html
Muk, A. (2016, 02 23). BIOGRAFI
IMAM QIRAAT (ABU AMR). Dipetik 03 10, 2018, dari ANG MUK:
http://angmuk.blogspot.co.id/2016/02/biografi-imam-qiraat-abu-amr.html
Tyani, S. (2014, 01 31). 7
Imam Qurro Sab'ah. Dipetik 03 10, 2018, dari Anitya_Indah si sweety girl:
http://sulistyani35.blogspot.co.id/2014/01/7-imam-qurro-sabah.html
yulianto, J. a.
(2010, 03 25). “QIRO’AH AL-SAB’AH DAN SEJARAHNYA”. Retrieved 03 10,
2018, from Pandidikan: https://pandidikan.blogspot.co.id/2010/03/qiroah-al-sabah-dan-sejarahnya_24.html
[2] Sulistyani. “7 Imam Qurro”. Dalam http://sulistyani35.blogspot.co.id/2014/01/7-imam-qurro-sabah.html”. Diakses pada 03 Maret 2018
[3] Allah, Hamba. “Sejarah Qiro’ah Sab’ah”.
Dalam “http://mohammad-alfitroh.blogspot.co.id/2010/09/sejarah-qiroah-sabah.html”. Diakses pada 10 Maret 2018
Post a Comment for "MAKALAH PENGANTAR STUDI QIROAT SEJARAH MUNCULNYA QIRO`AH SAB’AH BESERTA BIOGRAFI IMAM ABU ‘UMAR DAN IBNU MUJAHID"