kisah sufi 12-16 : Taubat Sang Pembunuh, Rindu Rasul, Kasih Tuhan Tak Berbatas I, Kasih Tuhan Tak Berbatas II, Mengikuti Hawa Nafsu Menuju Setan
EL-RO said :
kisah sufi 12-16
kisah sufi 12-16
Taubat Sang
Pembunuh
Seorang
pembunuh yang amat kejam telah menghabisi nyawa sembilan puluh sembilan orang.
Ia merasa
sangat menyesal. Ia mendatangi seorang alim dan bercerita tentang masa lalunya
yang kelabu itu. Ia mengutarakan maksudnya untuk bertaubat dan menjadi orang
yang lebih baik. Aku ingin tahu; apakah Tuhan
akan mengampuniku?? ia bertanya. Sang alim
rupanya belum cukup banyak belajar. Ia menjawab, Tentu saja kau tak akan diampuni-Nya. Kalau
begitu, ujar si pembunuh, lebih baik kau juga kubunuh saja sekalian. Ia pun
membunuh alim itu. Kemudian ia bertemu orang alim lain. Ia mengatakan telah membunuh
seratus orang. Aku ingin tahu, tanyanya, apakah Tuhan akan mengampuniku jika aku bertaubat? Alim
kedua ini lebih bijak dari yang pertama. Ia menjawab, Tentu saja kau akan
diampuni. Bertaubatlah
sekarang juga. Aku hanya punya satu nasihat untukmu; jauhilah teman-temanmu
yang jahat dan bergabunglah dengan orang-orang yang saleh, karena teman yang
jahat akan mendekatkanmu kepada dosa.
Orang itu lalu
bertaubat dan menyesali dosa-dosanya. Ia menangis memohon ampunan Tuhan. Kemudian
ia pun menjauhi teman-temannya yang jahat dan pergi mencari perkampungan tempat orang-orang
saleh tinggal. Namun ketika ia berada di perjalanan, ajalnya tiba. Malik,
Malaikat Penjaga Neraka, dan Ridwan, Malaikat Penjaga Surga, sama-sama datang
untuk menjemput
ruhnya. Malik berkata bahwa orang itu adalah pendosa besar dan tempatnya di
neraka jahanam.
Tetapi Ridwan juga mengklaim bahwa orang itu layak masuk surga. Malaikat Ridwan berkata,
Orang ini bertaubat dan telah memutuskan untuk menjadi orang baik. Ia sedang
menempuh perjalanan
ke kampung tempat tinggal orang-orang saleh ketika ajalnya tiba. Kedua
malaikat itu pun berdebat. Jibril datang untuk menyelesaikan masalah. Setelah
mendengar pernyataan dari kedua malaikat, Jibril memutuskan, Ukur jaraknya.
Jika tanah tempat mayatnya berada lebih dekat
kepada orang-orang saleh, maka ia masuk surga; namun jika letak mayatnya lebih
dekat kepada
orang-orang jahat, ia harus masuk neraka. Karena bekas
pembunuh itu baru saja meninggalkan tempat orang jahat, ia masih terletak dekat
sekali dengan
mereka. Tetapi karena ia bertaubat dengan amat tulus, Tuhan memindahkan
tubuhnya dari tempat ia meninggal ke dekat perkampungan orang saleh. Dan hamba
yang bertaubat itu pun diserahkan ke dekapan malaikat penjaga surga. Tuhan
bersabda, Jika hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku satu hasta, Aku akan
mendekatkan diri kepadanya satu siku. Apabila dia kembali kepada-Ku sambil berjalan,
Aku akan menyambutnya sambil berlari.
Rindu Rasul
Suatu saat, ada
orang yang ingin sekali bertemu dengan Nabi saw di mimpinya, tetapi
keinginannya itu tak pernah terkabul; meskipun ia telah berusaha amat kuat dan keras.
Ia meminta nasihat kepada seorang sufi. Sufi itu menjawab, ?Anakku, pada Jumat malam nanti,
banyak-banyaklah kau makan ikan asin, tunaikan salatmu, dan langsunglah engkau pergi tidur tanpa
minum air setetes pun. Keinginanmu akan terpenuhi.
Orang itu pun
melaksanakan anjuran sang sufi. Setelah itu, ia langsung tidur. Sepanjang malam
ia bermimpi
terus menerus minum air dari puluhan mata air. Ketika pagi menjelang, ia
bergegas menemui sufi itu, ?Wahai Maulana, aku tak melihat Nabi dalam mimpiku. Aku
begitu kehausan sehingga yang aku impikan hanyalah minum air dari puluhan mata air. Sekarang pun
aku masih tersiksa dengan rasa dahaga.
Sang sufi
berkata padanya, ?Makan ikan asin telah memberimu dahaga yang begitu menyiksa
sehingga sepanjang
malam engkau hanya bermimpi tentang air minum. Sekarang kau harus merasakan
dahaga yang
sama akan Rasul-Nya, barulah engkau boleh memeluk anugerah terindahnya!
Kasih Tuhan Tak
Berbatas I
Suatu hari,
Dzunnun Al-Mishri hendak mencuci pakaian di tepi sungai Nil. Tiba-tiba ia
melihat seekor kalajengking yang sangat besar. Binatang itu mendekati dirinya dan
segera akan menyengatnya. Dihinggapi rasa cemas, Dzunnun memohon perlindungan kepada Allah
swt agar terhindar dari cengkeraman hewan itu. Ketika itu pula, kalajengking itu membelok
dan berjalan cepat menyusuri tepian sungai.
Dzunnun pun
mengikuti di belakangnya. Tidak lama setelah itu, si kalajengking terus
berjalan mendatangi
pohon yang rindang dan berdaun banyak. Di bawahnya, berbaring seorang pemuda
yang sedang
dalam keadaan mabuk. Si kalajengking datang mendekati pemuda itu. Dzunnun
merasa khawatir
kalau-kalau kalajengking itu akan membunuh pemuda mabuk itu.
Dzunnun semakin
terkejut ketika melihat di dekat pemuda itu terdapat seekor ular besar yang
hendak menyerang
pemuda itu pula. Akan tetapi yang terjadi kemudian adalah di luar dugaan
Dzunnun. Tibatiba kalajengking itu berkelahi melawan ular dan menyengat kepalanya.
Ular itu pun tergeletak tak berkutik.
Sesudah itu,
kalajengking kembali ke sungai meninggalkan pemuda mabuk di bawah pohon.
Dzunnun duduk
di sisi pemuda itu dan melantunkan syair, Wahai orang yang sedang terlelap,
ketahuilah, Yang Maha Agung selalu menjaga dari setiap kekejian yang menimbulkan
kesesatan. Mengapa si pemilik mata boleh sampai tertidur? Padahal mata itu dapat mendatangkan
berbagai kenikmatan Pemuda mabuk itu mendengar syair Dzunnun dan bangun dengan
terperanjat kaget. Segera Dzunnun menceritakan
kepadanya segala yang telah terjadi.
Setelah
mendengar penjelasan Dzunnun, pemuda itu sadar. Betapa kasih sayang Allah
sangat besar kepada hambanya. Bahkan kepada seorang pemabuk seperti dirinya,
Allah masih memberikan perlindungan dan penjagaan-Nya.
Kasih Tuhan Tak
Berbatas II
Pada satu saat,
Malik bin Dinar pergi berhaji ke Mekkah. Di dalam perjalanan, ia melewati
padang ilalang
dan hutan belantara. Pada satu tempat, ia tertegun melihat seekor gagak yang
terbang membawa sebongkah roti di paruhnya.
Malik
menyaksikan burung gagak itu dengan rasa curiga. Ia merasa bahwa ada sesuatu di
balik terbangnya
burung gagak dengan sepotong roti. Karena itu, Malik mengikuti jejak burung
itu. Sampailah
ia di sebuah gua. Ia mendekat dan masuk mulut gua. Ia memandang sekilas isi gua
itu. Ia terkejut,
ternyata di dalam gua itu terdapat sesosok tubuh dengan tangan dan kaki yang
terikat. Si gagak yang ia ikuti tengah memasukkan roti itu ke mulut orang yang
terikat, sedikit demi sedikit. Setelah roti itu habis,
gagak terbang kembali ke angkasa.
Malik tertegun
melihat semua ini dan bertanya kepada laki-laki yang terikat itu, Hai siapakah
engkau? Orang
itu menjawab, Semula aku akan pergi haji. Di tengah perjalanan, hartaku
dirampas para penyamun. Mereka mengikatku dan melemparkanku ke tempat ini. Sudah
lima hari aku tidak menemukan makanan tetapi aku masih bersabar dan berdoa. Aku yakin
bahwa Dia (Allah) akan mengabulkan doa hamba-Nya yang ditimpa kemalangan. Setelah itu,
datang seekor gagak diutus Tuhan. Setiap hari burung itu memberikan makanan dan minuman
untukku. Setelah
mendengar cerita orang itu, Malik bin Dinar melepaskan ikatannya. Orang itu
segera bersujud mensyukuri perlindungan dan penjagaan Tuhan yang tak terputus
untuknya. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan menuju Baitullah.
Mengikuti Hawa
Nafsu Menuju Setan
Alkisah,
hiduplah seorang alim yang sangat tekun beribadah sepanjang waktu. Ia tinggal
di pondoknya yang terpencil di tengah hutan. Kerjanya hanya mengabdi kepada
Tuhan. Namanya Barshisa. Di zaman itu, negerinya
diperintah oleh seorang Raja. Pada suatu hari, permaisuri Raja itu melahirkan
seorang bayi
perempuan yang amat cantik. Karena khawatir anak perempuannya tersentuh tangan
laki-laki, Raja mengirimkan anaknya ke pondok Barshisa.
Barshisa pun
memelihara anak itu. Ketika anak itu sampai di masa remaja, kecantikannya tiba
pada puncaknya.
Iblis datang menggoda sang alim itu. Akhirnya, terjadilah apa yang diharapkan
Iblis, putri cantik itu hamil. Ketika hamilnya mulai tampak, Iblis datang lagi dan berkata kepada
orang alim itu, Hai Barshisa, kau adalah seorang
zahid. Jika wanita yang kau hamili ini melahirkan, sudah pasti perbuatan hinamu
ini akan
tersebar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, bunuhlah wanita ini sebelum
melahirkan. Lalu katakan kepada Raja bahwa putrinya meninggal karena suatu penyakit.
Niscaya semua orang akan mempercayaimu dan sama-sama membenarkanmu. Kemudian kamu dapat
menguburkan mayatnya tanpa sepengetahuan orang. Terpengaruh
oleh godaan Iblis dan takut bila aibnya diketahui orang, si alim pun membunuh
putri Raja. Ia lalu pergi ke hadapan Raja dan melaporkan kematian putrinya.
Raja pun percaya dan memberi izin untuk
menguburkannya. Mendapat izin Raja, Barshisa menjadi lega dan ia segera
menguburkan mayat putri itu dengan senang hati.
Sebentar
kemudian, Iblis datang lagi ke hadapan Raja. Ia memberitahukan segala perbuatan
Barshisa kepadanya.
Ia berkata, Bongkarlah kuburan putrimu itu, lalu bedah perutnya. Jika di
dalamnya kau temukan seorang bayi, maka kata-kataku ini benar. Jika tidak, kau
boleh membunuhku. Raja sangat heran mendengar omongan Iblis itu. Ia lalu menggali
kubur dan membedah perut anaknya. Alangkah
terkejutnya ia ketika mendapati seorang bayi di perut putrinya. Mengetahui
perbuatan sang alim yang amat keji, Raja amat marah. Ia membawa Barshisa ke
istana untuk
dihukum salib.
Di saat
Barshisa terlentang di tiang salib menanti saat-saat kematiannya, Iblis kembali
datang ke hadapannya dan berkata, Hai Barshisa, aku dapat menolongmu dan
melepaskanmu dari tiang salib ini, asalkan kau
bersedia bersujud kepadaku. Karena kau berada di tiang salib, kau cukup
tundukkan kepalamu ke arahku.
Demi terbebas dari kematian, sang alim itu pun menurut. Ia
menundukkan kepalanya sebagai tanda sujud kepada
Iblis. Setelah itu, Iblis berkata, Aku tak boleh menolongmu.
Aku takut kepada Allah seru sekalian alam. Iblis meninggalkannya
dalam tiang salib. Matilah orang yang semula alim taat beribadah itu dalam
keadaan kafir,
menyembah Iblis.
Post a Comment for "kisah sufi 12-16 : Taubat Sang Pembunuh, Rindu Rasul, Kasih Tuhan Tak Berbatas I, Kasih Tuhan Tak Berbatas II, Mengikuti Hawa Nafsu Menuju Setan"