Kecerdasan Finansial dan Spiritual, 2 Nilai Yang Mengentaskan Diri dari Kemiskinan
Kecerdasan Finansial dan Spiritual, 2 Nilai Yang Mengentaskan Diri dari
Kemiskinan
Oleh : Luthfi Rosyadi
Mahasiswa IAINU Kebumen, Jurusan Ushuluddin
dan Dakwah, Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Melejitnya era globlalisasi membuat
negara-negara di dunia, mengharuskan untuk saling bersaing. Yang menang akan
semakin kaya dan yang kalah akan semakin terpuruk dalam kemiskinan. Indonesia
sebuah negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun juga belum mampu
mengentas kemiskinan masyarakatnya sendiri. Sebuah faktor yang memang belum
cukup mendapat perhatian khusus untuk mengatasi masalah tersebut adalah
“kecerdasan finansial”. Kecerdasan finansial yang masih kurang dikembangkan, menjadi
salah satu pokok penyebab “langgengnya” kemiskinan di dalam lingkungan
masyarakat indonesia. Memang, pembahasan akan masalah kecerdasan finansial
dalam masyarakat masih kurang. Pengajaran akan kecerdasan finansial atau
kecerdasan mengelola keuangan dalam masyarakat Indonesia memang belum diajarkan
kepada anak-anak. Dikarenakan pola pikir orang tua dari masing-masing anak yang
masih menganggap bahwa untuk masalah keuangan adalah urusan mereka dan
anak-anak tidak boleh ikut campur.
Pentingnya Penanaman Sejak Dini
Kecerdasan finansial disini, bukan hanya
mengajarkan bagaimana cara untuk menghabiskan uang atau mendapatkan uang, namun
lebih mendalam yaitu bagaimana cara untuk mengelola dan mempergunakan uang,
dalam artian bagaimana cara untuk mengefisiensi pengeluaran dan memaksimalkan
pendapatan. Dengan melakukan penanaman sejak dini tentang kecerdasan finansial,
akan mempermudah pembentukan konsep pemikiran finansial kedepannya. Konsep
dasar menabung misalnya, ketika konsep menabung ditanamkan sejak dini,
kedepannya akan memunculkan kebiasaan menabung. Dan akan lebih mudah dalam
menyisihkan uangnya untuk ditabung. Begitu juga jika kecerdasan finansial
ditanamkan sejak usia dini, dalam waktu kedepannya pemikiran anak akan terbiasa
untuk mengambil kebijakan-kebijakan dalam hal finansial dengan baik.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia,
pengajaran akan finansial (keuangan) kepada anak-anak dimulai sejak anak kelas
2 SD. Pada masa itu, anak-anak mulai dikenalkan dengan uang, cara menukar uang
dengan jajan, dll. Namun, kemampuan itu bukanlah yang terpenting, yang
terpenting adalah kemampuan anak dalam mengambil keputusan untuk menggunakan
uang yang ia miliki, apakah ia harus menukarnya dengan jajan atau memilih untuk
menyimpannya.
Tahapan Penanaman Kecerdasan Finansial
Penanaman kecerdasan finansial dapat dilakukan
sejak usia dini, yaitu melalui pelatihan mengolah uang saku. Melalui cara ini,
anak akan mulai dilatih untuk sabar, dan juga dilatih untuk memilih mana yang
penting, kurang penting, dan tidak penting dengan menyesuaikan uang saku yang
ia miliki. Dalam penanaman kecerdasan finansial, ada beberapa tahap yang harus
ditempuh. Tahap pertama adalah mengenalkan pada anak tentang uang sebagai alat
tukar. Pada tahap ini, anak dilatih untuk menjajakan uangnya, tetapi tetap
dalam kadar atau ukuran yang sesuai dengan umur anak. Jangan samapai dalam
melatih anak untuk menjajakan uang, anak diberi kebebasan untuk menghabiskan
uang, karena itu akan menanamkan konsep boros dalam pikirannya dan itu tidak
sesuai dengan konsep kecerdasan finansial.
Tahap kedua adalah melatih dalam memanfaatkan
uang. Perbedaan dengan tahap pertama adalah pada tahap pertama anak hanya
dilatih untuk menjajakan uang dengan apa yang ia inginkan, sedangkan pada tahap
kedua ini, anak mulai dilatih untuk mengatur apa yang ia inginkan, karena tidak
semua keinginannya bisa dipenuhi dengan uang yang ia miliki. Tahap ketiga
adalah mengajarkan tentang prioritas kebutuhan, dimana pada tahap ini penanaman
kecerdasan finansial menjadi sedikit lebih rumit karena melibatkan pengaturan
emosi dan keinginan anak. Sehingga kita harus pintar-pintar mengajarkan memilih
barang mana yang penting dan mana yang kurang penting. Pada tahap penanaman
yang ketiga ini, juga membutuhkan peran keteladanan dari orang terdekat. Ibu misalnya,
seorang ibu yang mengajak belanja anaknya ke pasar. Kemudian si ibu membeli
barang-barang yang banyak, meskipun kurang dibutuhkan. Secara tidak langsung,
itu akan mengajarkan kepada anak tentang membuang-buang uang. Tahap keempat
adalah mengajarkan bagaimana cara agar mendapatkan uang tambahan. Namun, tahap
keempat ini tidak harus diajarkan pada masa usia dini, karena dimungkinkan juka
tahap keempat ini diajarkan, anak akan disibukkan dengan mencari finansi,
sehingga lupa dengan kewajibannya sebagai anak.
Jangan Lupa, Dengan Spiritual !
Di samping penanaman kecerdasan finansial,
kecerdasan spiritual juga harus diselipkan pada saat menanamkan kecerdasan
spiritual. Karena dengan kecerdasan spiritual akan mempermudah menempuh tahapan
ketiga yaitu dalam mengatur emosi dan keinginan anak. Seperti dengan menanamkan
sifat zuhud dan qona’ah.
Orang Tua Pun Perlu Pengkoreksian.
Selain dengan tahap penanaman yang telah
disebutkan, orang tua pun ikut andil dalam membentuk kecerdasan finansial.
Diusahakan para orang tua, tidak selalu menuruti kemauan anak, karena hal itu
akan merusak pemikiran anak dan akan menumbuhkan sifat kecanduan pada anak.
Dikhawatirkan juga jika sering dimanja, ketika meminta sesuatu kepada orang tua
dan orang tua sedang tidak mempunyai uang, akan terjadi perselisihan dengan orang
tua.
Adapun kekurangan yang dimiliki oleh orang tua
dalam penanaman kecerdasan finansial, diantaranya adalah kurangnya orang tua
dalam memberikan alasan yang dapat dipahami oleh anak. Semisal, anak ingin
dibelikan sesuatu, usahakan jangan hanya menjawab “tidak ada uang”, tapi
berikanlah alasan yang dapat dipahami oleh anak seperti dengan menjawab “mainan
dirumah juga masih banyak, dan masih bagus-bagus”.
Kekurangan kedua yang dilimiki oleh orang tua
adalah mereka menganggap bahwa pemikiran orang tua sama dengan pemikiran orang
kota. Selanjutnya, kesalahan orang tua berikutnya adalah mencontohkan gaya
hidup boros di depan anak. Kesalahan ini biasanya dilakukan ibu-ibu yang tanpa
sadar membeli barang banyak yang kurang dibutuhkan.
Dengan dilakukannya penanaman kecederdasan
finansial sejak dini dengan disertai kecerdasan spiritual, diharapkan mampu
menjadi pedoman dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang bersifat finansial
sehingga tidak tergerus oleh kemiskinan yang dikarenakan kurangnya kemampuan
mengelola uang dan mengatur emosi. Serta tidak mampunya memilah produk-produk
yang ditawarkan oleh pasar dunia.
Nama : Luthfi Rosyadi
Alamat : Jl. Kaleng, Rt 03, Rw03, Ds.
Tepakyang, Kec. Adimulyo, Kab. Kebumen, Jawa Tengah
Hp : 085875522018